Sejumlah Negara Agresif Kerek Suku Bunga, Wamenkeu: Bikin Investor Jadi Mikir Untuk Investasi

Jum'at, 04 November 2022 | 17:46 WIB
Sejumlah Negara Agresif Kerek Suku Bunga, Wamenkeu: Bikin Investor Jadi Mikir Untuk Investasi
Ilusrasi suku bungga. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Makin agresifnya sejumlah Bank Sentral negara dunia dalam menaikkan suku bunga acuannya bakal berdampak luar biasa terhadap roda perekonomian global.

Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan, jika kondisi ini terus berlangsung, bisa membuat gerak perekonomian akan melambat.

"Kalau di tiap negara suku bunga dinaikkan, gerak ekonomi akan ada perlambatan," kata Suahasil saat ditemui di Kantornya, Jakarta, Jumat (4/11/2022).

Kenaikan suku bunga ini, kata Suahasil, akan membuat cost of fund meningkat. Cost of fund sendiri adalah biaya yang harus dibayar oleh suatu lembaga keuangan atau bank atas penggunaan uang yang sumbernya dari pihak lain seperti dari nasabah.

Baca Juga: The Fed Kerek Suku Bunga 75 Bps 4 Kali Berturut-turut

"Karena cost of fund meningkat, yang tadinya sudah siap investasi jadi mikir, ini suku bunga lagi naik," katanya.

Bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve pada hari Rabu (2/11/2022) menyetujui kenaikan suku bunga 75 basis poin yang keempat berturut-turut dan mengisyaratkan perubahan potensial dalam bagaimana pendekatan kebijakan moneter untuk menurunkan inflasi.

Mengutip CNBC, Kamis (3/11/2022), bank sentral menaikkan suku bunga pinjaman jangka pendek sebesar 0,75 poin persentase ke kisaran target 3,75 persen 4 persen, level tertinggi sejak Januari 2008.

Langkah tersebut melanjutkan pengetatan kebijakan moneter yang paling agresif sejak awal 1980-an, terakhir kali inflasi setinggi ini.

Seiring dengan mengantisipasi kenaikan suku bunga, pasar juga telah mencari bahasa yang menunjukkan bahwa ini bisa menjadi pergerakan 0,75 poin terakhir, atau 75 basis poin.

Baca Juga: Kurs Rupiah Melemah Lagi, Isu The Fed Naikkan Suku Bunga Agresif Jadi Pemicu

Pernyataan baru mengisyaratkan perubahan kebijakan itu, mengatakan ketika menentukan kenaikan di masa depan, The Fed akan mempertimbangkan pengetatan kumulatif kebijakan moneter, kelambatan di mana kebijakan moneter mempengaruhi kegiatan ekonomi dan inflasi, dan perkembangan ekonomi dan keuangan.

Para ekonom berharap ini adalah yang banyak dibicarakan tentang “penurunan” dalam kebijakan yang dapat melihat kenaikan suku bunga setengah poin pada pertemuan Desember dan kemudian beberapa kenaikan kecil pada tahun 2023.

Bank of England (BoE) mengangkat suku bunga Inggris menjadi 3 persen dari 2,25 persen dalam kenaikan tunggal terbesar sejak 1989, karena memerangi kekuatan kembar dari ekonomi yang melambat dan inflasi yang panas.

Sedangkan di dalam, negeri Bank Indonesia (BI) mengikuti agresifnya sejumkah bank sentral dunia dalam mengkerek naik suku bunga acuannya.

Setelah menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis points (bps) pada September, BI kembali menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 50 bps menjadi 4,75 persen.

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada hari ini juga memutuskan untuk menaikkan suku bunga Deposit Facility sebesar 50 bps menjadi 4,00 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 50 bps menjadi 5,50 persen.

Dengan demikian, BI telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 125 bps pada tahun ini, masing-masing 25 bps pada Agustus, 50 bps pada September, dan 50 bps pada Oktober. Suku bunga acuan dengan cepat naik dari 4,50 persen pada Juli menjadi 4,75 persen pada Oktober.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI