Suara.com - Ekonom Universitas Indonesia atau UI Faisal Basri mempersoalkan penguasaan sumber daya alam (SDA) nikel Indonesia yang saat ini disebut-sebut dikuasai oleh negeri tirai bambu, China. Hal itu didasari oleh kebijakan Presiden Joko Widodo atau Jokowi tentang pelarangan ekspor nikel mentah (bijih nikel).
Faisal sapaanya menyampaikan hal itu dalam sebuah video berdurasi 1 menit 3 detik yang tersebar di sosial media twitter. Video tersebut turut dikomentari oleh sejumlah pihak salah satunya eks Menko Kemaritiman Rizal Ramli melalui akun twitternya @RamliRizal.
"Anda Tahu akibat bijih nikel dilarang (ekspor)? 95 persen bijih nikel dipakai untuk perusahaan China. Dikasih harga, kan enggak ada harganya. Harga di Shanghai 80 dolar, pemerintah resmi menetapkan (harga) buat China-China itu 35 dolar. 95 persen produknya diekspor ke China," papar Faisal.
Dalam video itu, Faisal mengungkapkan, bahwa dirinya sempat mempertanyakan dan menyampaikan soal dampak buruk dari kebijakan itu termasuk soal China yang bebas bayar pajak (ekspor nikel). Faisal pun mengaku bahwa kritiknya sudah sampai di sidang kabinet Jokowi.
Baca Juga: Indonesia Telah Dikenal Sebagai Produsen Nikel Terbesar Dunia
"Ini saya sudah bilang ke mana-mana. Bahkan (dibahas) ke sidang kabinet, ratas (rapat terbatas)," kata Faisal.
Faisal pun mempertanyakan apa yang didapat oleh rakyat Indonesia dari kebijakan tersebut. Pasalnya, Faisal heran berkali-kali kebijakan pelarangan ekspor bijih nikel disampaikan ke publik.
"Kebohongan luar biasa itu. Kita, maksudnya rakyat Indonesia dapat apa. China yang dapat Rp450 triliun itu. Jadi jangan main-main urus negara, Pak Jokowi," beber Faisal.
Sementara itu, Rizal Ramli dalam akun twitternya meyakini kebenaran pernyataan Faisal Basri. RR sapaanya menyebut Faisal Basri jelas dan gamblang menyampaikan kerugian dari kebijakan itu.
"Faisal jelas dan gamblang soal kerugian dari kebijakan nikel. Kok masih banyak yang suka ngibul ya," respon Rizal Ramli menimpali video viral Faisal Basri tersebut.
Baca Juga: Pada 3Q22, Biaya Eksplorasi Preliminary Antam Capai Rp38,90 M untuk Emas, Nikel dan Bauksit