Suara.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati buka suara terkait terus melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Dia mengemukakan, pelemahan ini tak terlepas dari agresifnya Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve yang mengkerek naik suku bunga acuan demi meredam gejolak inflasi di negara tersebut.
"Tren depresiasi nilai tukar negara berkembang tersebut didorong oleh menguatnya dolar AS dan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global akibat pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif di berbagai negara, terutama AS," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers secara virtual, Kamis (3/11/2022).
Sepanjang tahun ini, kata Sri Mulyani, mata uang Garuda sudah melemah 8,62 persen, namun pelemahan ini dikatakannya masih jauh lebih baik dibandingkan dengan mata uang negara lain, seperti India, Malaysia dan Thailand.
Baca Juga: Kurs Rupiah Melemah Lagi, Isu The Fed Naikkan Suku Bunga Agresif Jadi Pemicu
"Depresiasi mata uang sejumlah negara berkembang lainnya seperti India (10,20%), Malaysia (11,86%), dan Thailand (12,23%), sejalan dengan persepsi terhadap prospek perekonomian Indonesia yang tetap positif.
Pada hari ini, rupiah ditutup melemah 48 poin di level Rp15.647 di perdagangan Kamis sore. Sebelumnya, nilai Rupiah pun melemah 50 poin di level Rp15.695.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi memprediksi pada perdagangan besok Jumat (4/11/2022), rupiah akan dibuka berfluktuatif, namun kembali ditutup melemah pada rentang Rp 15.680 sampai Rp 15.740.
Menurut Ibrahim, pelemahan rupiah didorong kenaikan indeks dolar dan indeks dolar berjangka yang masing-masing naik 0,5 persen.
Kenakkan terjadi usai Federal Reserve menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin (bps) seperti yang diharapkan pada hari Rabu. Ia menilai data ekonomi yang lemah dari China juga mengurangi sentimen terhadap kawasan tersebut.
Baca Juga: Nilai Tukar Rupiah Digerus Dolar AS, Jadi Rp 15.647/Dolar AS