Suara.com - Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) menyebut sejumlah negara maju kini masuk dalam fase kontraksi, hal tersebut terlihat dari indeks PMI Manufaktur yang masuk zona merah kontraksi atau dilevel 49,8.
Ketua KSSK, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, menyebut negara-negara yang masuk tersebut adalah Amerika Serikat (AS), Eropa, hingga China.
"Amerika Serikat, Eropa, dan China, tercermin pada PMI manufaktur global September 2022 yang masuk ke zona kontraksi pada level 49,8," sebut Sri Mulyani dalam konferensi pers virtualnya, Kamis (3/11/2022).
Perlambatan tersebut, kata dia, dipengaruhi oleh berlanjutnya ketegangan geopolitik dan perang di kawasan Ukraina yang memicu tekanan inflasi tinggi, fragmentasi ekonomi global, perdagangana dan investasi.
Baca Juga: Sri Mulyani Sebut Ada 25 Proyek Infrastruktur yang Tak Gunakan APBN Murni
Selain itu, KSSK juga menilai kenaikan Fed Fund Rate yang diikuti kenaikan suku bunga bank global juga memparah kondisi ada karena untuk mengatasi liarnya inflasi.
Dampaknya tentu kata dia melemahnya nilai tukar mata uang asing terhadap dolar, termasuk rupiah.
"Mendorong semakin kuatnya dolar AS sehingga menyebabkan depresiasi terhadap nilai tukar di berbagai negara termasuk Indonesia," katanya.