Indeks PMI Manufaktur RI Melambat, Tanda Ekonomi Mulai Melorot?

Rabu, 02 November 2022 | 19:40 WIB
Indeks PMI Manufaktur RI Melambat, Tanda Ekonomi Mulai Melorot?
Para pekerja sedang melakukan proses produksi di perusahaan manufaktur. Pemerintah Indonesia mengemukakan, kinerja manufakur Indonesia pada Oktober 2022 masih ekspansif.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kinerja manufakur Indonesia pada Oktober 2022 masih ekspansif. Hal tersebut tercermin dari Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur yang berada pada level 51,8.

Meski demikian, level tersebut melambat dibandingkan pada bulan sebelumnya yang tercatat 53,7.

Lantas apakah dengan menurunnya kinerja manufaktur RI ini menandakan kondisi ekonomi dalam negeri juga bergerak melorot?

Kepala Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (BKF Kemenkeu) Febrio Nathan Kacaribu menilai, level ini patut untuk tetap disyukuri mengingat saat ini ekonomi dunia masih diselimuti risiko global yang masih eskalatif.

Baca Juga: Laju Inflasi RI Melemah, Kemenkeu: Pasokan dan Distribusi Pangan Kita Jaga

"Aktivitas manufaktur yang konsisten berada pada zona ekspansif menunjukkan tren menguatnya permintaan dalam negeri dan ekspor. Hal ini tentunya patut kita syukuri karena terjadi di tengah risiko global yang masih eskalatif," kata Febrio dalam keterangan persnya di Jakarta, Rabu (2/11/2022).

Lebih lanjut, Febrio mengatakan terjaganya PMI manufaktur pada zona ekspansif di tengah gejolak global juga terjadi pada negara lain seperti Thailand 51,6 (September: 55,7), Vietnam 50,6 (September: 52,5), Australia 52,7 (September: 53,5), dan Jepang 50,7 (September: 50,8).

Sementara itu, PMI manufaktur di beberapa negara tercatat kembali mengalami kontraksi antara lain Malaysia 48,7, Taiwan 41,5, dan Korea Selatan 48,2.

"Kebijakan pemerintah untuk meredam risiko global (shock absorber) terbukti efektif untuk menjaga momentum penguatan pemulihan ekonomi nasional," ujarnya.

Terlepas dari itu semua, lanjut dia, secara keseluruhan optimisme pelaku usaha terus meningkat.

Baca Juga: Naik 54 Persen, Investasi Sektor Manufaktur Capai Rp 365,2 Triliun

Tingkat permintaan dalam negeri yang masih kuat diharapkan dapat menjadi landasan bagi sektor manufaktur untuk terus konsisten berada pada zona ekspansif dan menguat di masa yang akan datang.

"Pemerintah terus mengoptimalisasi APBN sebagai shock absorber agar dapat mendorong permintaan masyarakat untuk mendukung optimisme di sektor usaha," lanjut Febrio.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI