Suara.com - Nilai tukar atau kurs rupiah terhadap dolar AS pada rabu (2/11/2022) sore kembali melemah jelang pengumuman moneter dari The Fed.
Rupiah ditutup melemah 19 poin atau 0,12 persen ke posisi Rp15.647 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.628 per dolar AS.
"Untuk USD/IDR, sentimennya masih terhadap ekonomi global. Isu kenaikan suku bunga The Fed masih menjadi penggerak utama," kata analis Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) Revandra Aritama.
Hingga kini, The Fed diperkirakan masih akan terus melanjutkan kebijakan agresif dengan meningkatkan nilai suku bunga sebesar 75 basis poin.
Baca Juga: Ucapan Joe Biden dan Vladimir Putin Jadi Perhatian Pasar Saat Rupiah Kembali Melemah
"Peluang The Fed untuk tetap agresif dalam meningkatkan nilai suku bunga semakin besar menyusul pertumbuhan ekonomi AS yang dilaporkan positif. Hal ini memberikan tekanan untuk rupiah," ujar Revandra, kepda Antara.
Sementara, berdasarkan data BPS, deflasi pada Oktober mencapai 0,11 persen (month-to-month) atau adanya penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 112,87 pada September menjadi 112,75.
Penyumbang utama deflasi pada Oktober berasal dari penurunan harga komoditas cabai merah, telur ayam ras, daging ayam ras, cabai rawit, minyak goreng, tomat dan bawang merah.
Dengan terjadinya deflasi pada Oktober, maka inflasi tahun kalender Oktober 2022 terhadap Desember 2021 sebesar 4,73 persen dan inflasi tahun ke tahun (yoy) Oktober 2022 terhadap Oktober 2021 sebesar 5,71 persen.
Rupiah pada pagi hari dibuka melemah ke posisi Rp15.640 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp15.637 per dolar AS hingga Rp15.667 per dolar AS.
Baca Juga: Inflasi Diprediksi Stabil Saat Kekhawatiran The Fed Naikkan Suku Bunga, IHSG Kian Menguat?
Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Rabu melemah ke posisi Rp15.652 per dolar AS dibandingkan posisi hari sebelumnya Rp15.647 per dolar AS.