Suara.com - Menurut riset Google, Temasek & Bain, terdapat 21 juta konsumen digital baru pada 2021. Kondisi ini memaksa para pelaku usaha, termasuk UKM, untuk beradaptasi dengan keadaan agar tetap mampu bertahan di era industri 4.0, yaitu dengan memasuki ekosistem digital.
GudangAda sebagai platform lokapasar B2B melihat besarnya peluang peningkatan inklusi keuangan lewat layanan digitalisasi. GudangAda menghadirkan ekosistem digital inklusif bagi UKM dan pemain rantai pasok yang dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan bisnis.
CEO & Founder GudangAda, Stevensang, mengatakan bahwa sebagai platform e-commerce B2B bagi produsen, pedagang, grosir, dan pedagang eceran, upaya percepatan inklusi keuangan bisa dimulai dari integrasi seluruh rantai pasok agar mudah terhubung.
“Gagasan digitalisasi secara inklusif bisa efektif dilakukan jika pelaku digital bisa memberdayakan para pemain rantai pasok dan pedagang tradisional di indonesia," katanya di Jakarta beberapa waktu lalu.
Baca Juga: Sambut Endemi, Sebanyak 1.350 Orang Bakal Berlari di Sumbu Filosofi Malioboro
Kehadiran GudangAda sendiri bukan untuk menggantikan peran para pemain di industri B2B, melainkan untuk memberdayakan mereka agar menggunakan pendekatan digital.
Tak terbatas pada kehadiran solusi bisnis end-to-end, GudangAda juga senantiasa mengedukasi para pelaku UKM untuk memastikan mereka dapat menggunakan aplikasi secara optimal dan aman lewat keberadaan tim Business Development GudangAda yang terdapat di 500 kota, di seluruh Indonesia. Dengan begitu, diharapkan adopsi solusi digital GudangAda bisa berjalan dengan lancar dan tepat guna bagi bisnis UKM.
Saat ini. terdapat tiga layanan utama pada ekosistem digital GudangAda yang saling terintegrasi, yaitu GudangAda sebagai tempat jual beli para pedagang, GudangAda Logistik yang merupakan layanan pengiriman pesanan mudah, aman dan dapat diandalkan, serta GudangAda Solusi yang merupakan aplikasi kasir dan manajemen stok toko untuk para pedagang.
“Untuk menjadi platform e-commerce B2B yang dapat menjadi solusi efektif bagi seluruh pemain rantai pasok, GudangAda berkomitmen membangun pertumbuhan bisnis yang sustainable. Hal ini akan kami capai dengan menggunakan asset-light business model dan konsep third party (3P), dimana GudangAda fokus untuk memfasilitasi para penjual dan pembeli dan tidak terlibat di dalam aktivitas jual-beli. Kami yakin dengan strategi ini para principal dan para pedagang akan mendapatkan suplai barang terlengkap dengan harga yang terbaik, sehingga tentunya akan mendukung akselerasi digitalisasi bisnis UKM Indonesia,” jelas Stevensang lebih lanjut.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Celios sekaligus pengamat ekonomi digital, Bhima Yudhistira, menjelaskan bahwa digitalisasi telah mendorong lebih jauh tingkat inklusi keuangan di tengah masyarakat. Tidak terbatas bagi masyarakat umum, para pelaku usaha juga dipaksa beradaptasi dengan perkembangan teknologi yang ada.
Baca Juga: Sri Mulyani: Butuh Kolaborasi Swasta Buat Kenalkan UMKM ke Ekosistem Digital
"Demi mendukung percepatan inklusi keuangan melalui pendekatan platform digital yang menyasar pelaku UKM, peran pemerintah dan pelaku industri digital sangat penting untuk memberi pendampingan secara terstruktur dan berkala sampai sasaran edukasi bisa memahami cara kerja fitur di dalam platform untuk membantu usahanya berkembang. Dengan percepatan literasi keuangan digital dan adopsi solusi digital yang tepat, pelaku UKM dapat menjalankan bisnis dengan lebih efektif dan efisien sehingga memperkuat daya saing,” pungkasnya.