Suara.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut kinerja APBN selama tiga tahun terakhir jumpalitan akibat pandemi Covid-19 hingga situasi geopolitik perang Rusia-Ukraina. Harga komoditas global meningkat tinggi.
Tapi menurut Sri Mulyani, APBN masih sanggup untuk melewati masa-masa sulit itu.
"APBN menyangga, supaya tak terlalu dalam dan pulih kembali," kata Sri Mulyani dalam seminar yang diselenggarakan Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Jumat (28/10/2022)
Menjadi rumit jika situasi di waktu mendatang jauh dari proyeksi, sementara APBN baru berjalan sekejap di awal tahun. Misalnya pasca pandemi covid-19 melandai di awal 2022, permasalahan baru muncul berupa gangguan rantai pasok akibat perang yang terjadi antara Rusia-Ukraina.
Baca Juga: Ramai BEM UI Kritik Kabinet Jokowi 'Nasakom', Menteri hingga Kapolri Cuma Dapat IPK Satu Koma
"Baru selesai pandemi, muncul krisis baru yaitu kenaikan harga pangan, kenaikan harga-harga energi dan ketegangan geopolitik yang menimbulkan disrupsi supply secara global," katanya.
Saat terjadi disrupsi supply chain dan kenaikan harga komoditas lantas membuat laju inflasi di sejumlah negara meningkat cukup tinggi.
Namun di Indonesia, hal tersebut bisa dikendalikan, sebab pemerintah menggelontorkan dana ratusan triliun rupiah untuk menahan harga energi agak tidak naik. Maka pos belanja APBN disesuaikan untuk mendukung kebijakan tersebut.
"Ongkos untuk jadi shock absorber yang mempengaruhi APBN. Itu baru dari sisi stabilisasi. Kalau bicara alokasi dan distribusi, APBN bicara ekonomi makin efisien, tidak disorted," kata dia.
Baca Juga: Ancaman Resesi 2023, Target Defisit APBN 3 Persen Mampukah Dicapai?