Ekonomi Tiongkok Hingga Uni Eropa Berpengaruh Pada Potensi Resesi Indonesia, Pakar Ungkap Alasannya

M Nurhadi Suara.Com
Jum'at, 28 Oktober 2022 | 09:46 WIB
Ekonomi Tiongkok Hingga Uni Eropa Berpengaruh Pada Potensi Resesi Indonesia, Pakar Ungkap Alasannya
Terminal Petikemas (TPK) Bitung, salah satu TPK yang mulai dioperasikan pada Jumat (1/4/2022) oleh PT Pelindo Terminal Petikemas (SPTP). ANTARA/HO-SPTP
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pengamat ekonomi dari Universitas Indonesia Ninasapti Triaswati menyebut, Indonesia harus jaga momentum dan pertumbuhan ekonomi agar terhindar dari resesi.

“Yang penting bagaimana mempertahankan momentum pertumbuhan ekonomi. Mudah-mudahan hanya slowing down, turun sedikit tetapi tidak sampai resesi,” katanya dalam diskusi The Indonesian Institute.

Menurut Nina, saat resesi terjadi secara global, tekanan terhadap Indonesia akan masuk dalam beberapa jalur yaitu dari mitra dagang, harga komoditas global, pertumbuhan ekonomi, inflasi, tenaga kerja dan sosial ekonomi.

Hal ini lantaran sejauh ini ekonomi dari beberapa mitra dagang utama Indonesia masih mengalami pertumbuhan pada kuartal II-2022 seperti Tiongkok 0,4 persen, Amerika Serikat 1,6 persen, Korea Selatan 2,9 persen, Singapura 4,8 persen, Vietnam 7,7 persen, Taiwan 3,1 persen dan Uni Eropa 4 persen.

Baca Juga: Indonesia Butuh Sumber Pertumbuhan Ekonomi Baru

Salah satu momentum positif yang harus dipertahankan Indonesia salah satunya neraca perdagangan yang surplus selama 29 kuartal seperti pada kuartal II-2022 surplus 15,55 miliar dolar AS.

Surplus neraca keuangan menurut dia harus bisa dipertahankan hingga akhir tahun mengingat pada tahun depan terdapat potensi beberapa harga komoditas mengalami tekanan.

Selain itu, neraca perdagangan Indonesia surplus karena beberapa harga komoditas andalan Indonesia mengalami kenaikan namun belum tentu hal ini terjadi pada tahun depan.

“Harga-harga tampaknya mulai menurun jadi mengkhawatirkan. Jadi indeks harga komoditas global tahun depan tidak sebaik sekarang,” ujar Nina.

Meski demikian, Nina optimistis Indonesia tidak akan mengalami resesi, meski akan tetap terdampak dari resesi global seperti dari sisi inflasi yang tinggi.

Baca Juga: Ekonomi Global segera Masuki Resesi, SBY Bagikan Trik Atasi Krisis

Sebelumnya, inflasi Indonesia diperkirakan tinggi pada 2023 karena harga-harga komoditas yang diimpor Indonesia mengalami kenaikan khususnya energi dan makanan.

“(Impor) makanan seandainya kita bisa merapikan swasembada kita maka kita tidak akan tergantung. Energi agak repot karena kita masih impor banyak,” pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI