Suara.com - Menuju G20, isu transisi energi semakin kencang digaungkan dalam berbagai kesempatan. Komitmen pemerintah untuk turut berperan dalam pengurangan emisi karbon menjadi salah satu agenda penting terkait sektor energi dalam perhelatan tersebut.
Dalam wacananya, tantangan yang juga harus dihadapi oleh Indonesia adalah isu ketahanan energi dan beban subsidi energi yang semakin besar. Pada periode transisi energi, menjaga ketahanan dan kemandirian energi juga menjadi hal yang patut diperhitungkan, khususnya di tengah belum optimalnya pemanfaatan EBT di Indonesia.
Itulah sebabnya, isu transisi energi menjadi salah satu pembahasan penting dalam perhelatan International Convention of Indonesian Upstream Oil and Gas (IOG) 2022 yang akan diselenggarakan secara hybrid di Bali Nusa Dua Convention Center, 23-25 November 2022 mendatang.
Chairman of Organizing Committee IOG 2022, Muhammad Kemal mengungkapkan proses transisi energi menuju energi bersih yang sedang berlangsung, memberikan tantangan untuk industri hulu migas untuk dapat meningkatkan produksi dan menurunkan emisi secara simultan.
Baca Juga: Pemerintah Dorong Gas Sebagai Salah Satu Opsi Energi Pengganti Minyak
“Transisi energi merupakan hal yang tidak bisa dihindari oleh industri migas, namun perlu dipikirkan bahwa dalam proses ini keberlangsungan energi juga harus tetap terjaga dengan tetap mempertahankan target produksi migas tahun 2030,” kata dia.
Salah satu hal yang bisa menjadi jembatan untuk mempertahankan produksi dan mengurangi emisi karbon adalah diterapkannya teknologi CCS /CCUS dalam kegiatan migas. Dalam paparan kinerja SKK Migas kuartal 3-2022, total potensi CO2 stored dari CCUS adalah 119 - 128 Million tCO2. Potensi tersebut didapatkan dari wilayah kerja Gundih sebesar 3 million tCO2 untuk 10 tahu, Sukowati sebesar 15 million tCO2 untuk 25 tahun, Vorwata 30 million tCO2 for untuk 10 tahun dan Masela 71 - 80 milion tCO2 untuk 29 tahun.
Kemal menyatakan, ajang IOG 2022 menjadi salah satu poros penting bagi industri migas dalam usaha untuk mencapai target produksi minyak 1 juta barel dan gas 12 BSCFD di tahun 2030. Pasalnya, dalam acara ini, akan hadir para stakeholder dari berbagai institusi dan perusahaan industry migas yang memegang peranan penting dalam menentukan masa depan energi Indonesia.
“SKK Migas berharap bahwa rangkaian pembahasan dalam rangka meningkatkan produksi migas nasional dan transisi energi yang telah dilakukan oleh berbagai entitas dan asosiasi di sektor hulu migas, akan lebih ditajamkan lagi dalam kegaitan IOG 2022, sehingga di sisa tahun 2022 industri hulu migas sudah menyelesaikan hal-hal yang harus diperbaiki dan menyiapkan peluang 2023 untuk dapat dijalankan lebih baik”, pungkas Kemal.
Baca Juga: Transisi Energi Dinilai akan Membuat Biaya Hidup Semakin Mahal