Suara.com - Indonesia menjadi tuan rumah pada presidensi G20 Summit yang membahas berbagai agenda dan berfokus pada penanganan isu-isu global terkini.
Salah satu yang jadi agenda prioritas utama adalah tentang inklusi keuangan, disamping itu isu yang tidak kalah penting adalah adopsi ESG dimana upaya dekarbonisasi usaha dan peningkatan investasi di sektor usaha ramah lingkungan menjadi kunci.
Pemerintah Indonesia tetap pada komitmennya berpartisipasi menerapkan prinsip ESG dimana pada implementasi standar ESG, Indonesia telah berada di peringkat ke 36 di dunia.
Bank BRI menjadi salah satu bagian yang memiliki komitmen kuat dalam hal penerapan ESG di Indonesia tersebut.
Baca Juga: Jadi Akselerator Pengurangan Emisi Karbon, BRI bersama PLN Resmikan SPKLU di Jakarta
Ditektur Utama BRI, Sunarso mengatakan revolusi hijau di Indonesia awalnya ditujukan untuk swasembada pangan dan berhasil. Setelah momen itu BRI saat ini mengubah dan mentransformasi yang tadinya BRI unit desa khusus mensuport program swasembada pangan kemudian berubah jadi comercial base.
“Jadilah sekarang BRI unit mikro yang lebih komersial, bukan sekedar menyalurkan program pemerintah, sekarang kita gunakan untuk menyalurkan berbagai stimulus dari pemerintah,” ucap Sunarso.
Ia melanjutkan, bahwa tanpa menyalurkan program pemerintah, BRI sudah memiliki roadmap menjadi lembaga bisnis yang comercial base.
Sementara mengenai penerapan ESG, Sunarso menjelaskan bahwa OJK telah mengaturnya melalui peraturan no 51 tentang penerapan keuangan berkelanjutan.
“BRI terhadap ESG ini sejak 2015 telah melaksanakan ini dimana kami waktu itu sebagai first mover untuk sustainable banking di Indonesia dan sekarang jika ditanya soal komitmen BRI kita komit sekali dalam penerapan ESG, kita sudah membentuk divisi khusus ESG yang tugasnya menyusun rencana strategis untuk ESG, hingga menyusun rencana operasional soal ESG,” paparnya.
Baca Juga: Begini Sikap Bos PSIS Semarang Soal Isu KLB PSSI
Dalam implementasinya, Sunarso menuturkan BRI pernah menerbitkan sustainability bonds di tahun 2019 dan over subscribe. Selain itu, BRI juga mempunyai kemampuan untuk menghitung emisi gas rumah kaca di dalam operasional.
“Penting juga untuk menghitung berapa emisi karbon dari aktivitas kita karena jika berbicara soal net zero kita harus tahu dari aktivitas kita mengemisi berapa kemudian kita bisa menghemat berapa. Sampai hari ini di dunia tidak ada mesin menyerap karbon kecuali tanaman maka kita harus menanam, selanjutnya adalah mencegah agar karbon tidak ter emisi dengan pengelolaan sampah,” terangnya.
Sunarso menambahkan, pada Juni 2022 BRI telah melakukan kegiatan yang membiayai kredit-kredit yang kita salurkan ke green economy. “Sebenarnya kita sudah jauh, sudah 65,5 persen kredit kita sudah diarahkan kepada kegiatan ekonomi berkelanjutan, kemudian portofolio hijau kita mencapai 74,6 triliun rupiah, portofolio ini masih akan kita lanjutkan lagi,” imbuh Sunarso.