Suara.com - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk mendukung program pemerintah untuk meningkatkan inklusi keuangan masyarakat Indonesia hingga 90% pada 2024. Target tersebut sebagaimana tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 114 Tahun 2020 tentang Strategi Nasional Keuangan Inklusif (SNKI).
Direktur Utama BRI, Sunarso mengatakan, BRI mengusung konsep Hybrid untuk mendukung target tersebut. Konsep Hybrid adalah perpaduan antara layanan digital dan konvensional. Salah satu implentasi dari Konsep Hybrid adalah kehadiran Agen BRILink.
Agen BRILink adalah perluasan layanan perbankan tanpa kantor yang diinisiasi oleh bank BRI. Agen BRILink dapat melayani transaksi perbankan bagi masyarakat secara real time online menggunakan fitur EDC miniATM BRI atau BRILink Mobile.
"Agen BRILink merupakan, toko atau warung yang kita jadikan agen. Operasionalnya digital, tapi mereka berinteraksi dan berkomunikasi secara langsung," tutur Sunarso.
Baca Juga: Professor Harvard: Kehadiran Agen BRILink Bukti BRI Mampu Elaborasi Digitalisasi
Ada beberapa layanan transaksi yang tersedia di agen BRILink. Misalnya transfer ke sesama BRI, transfer antarbank (rekening bank berbeda), setor dan tarik tunai, bayar tagihan listrik, bayar iuran BPJS Kesehatan, bayar angsuran kredit, bayar belanja online, pembelian pulsa, dan lainnya. Dengan kata lain, lewat agen BRILink, nasabah BRI dan masyarakat umum bisa mendapatkan layanan seperti di kantor bank maupun ATM.
"Tarik, setor dan transfer untuk anaknya yang misal lagi kuliah, itu bisa dilakukan lewat agen brilink ga perlu datang ke cabang dan itu 24 jam, jadi mereka cukup datang saja ke tetangganya yang menjadi Agen BRILink," ujar Sunarso.
Adapun, hingga Agustus 2022, volume transaksi agen BRILink mencapai Rp700 triliun. Sunarso optimistis, hingga akhir tahun volume transaksi lewat agen BRILink bsia tembus hingga Rp1.400 triliun.
Sementara itu, Prof. Jay K Rosengard, Adjunct Lecturer Harvard Kennedy School menyebut, target inklusi keuangan 90% pada 2024 yang diusung Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan mampu dicapai Indonesia. Salah satu aspek utama yang mengakselerasi inklusi keuangan di dalam negeri, kata Jay, adalah dengan digitalisasi yang membuat business process di lembaga keuangan semakin efektif dan menjangkau masyarakat lebih luas.
"Beberapa dekade yang lalu, kurang lebih hanya ada 20% orang Indonesia yang memiliki rekening bank. Saat ini menjadi 52%. Artinya, ini naik hampir 3 kali lipat. Akan tetapi, hampir setengah dari populasi Indonesia masih unbanked dan beberapa dari mereka yang memiliki rekening masih underbanked," tutur Jay.
Baca Juga: BRI Konsisten Kikis Keterbatasan Akses Layanan Keuangan lewat Agen BRILink
Pada kesempatan tersebut, Jay melihat bahwa model Hybrid Bank yang diusung oleh BRI merupakan pendekatan yang sangat tepat untuk mewujudkan inklusi keuangan. Dengan tetap melakukan pendampingan kepada nasabah dan jaringan BRI yang luas, strategi ini dinilai mampu memberikan akses layanan keuangan bagi masyarakat luas.
“Model hybrid bank yang diusung BRI adalah bentuk community banking yang sangat baik. Kita tidak bisa menghapus aspek personal touch bila ingin menjangkau masyarakat, terutama pelaku usaha mikro. Teknologi tidak bisa menggantikan orang, tetapi itu adalah tools sehingga business process menjadi lebih efektif,” imbuhnya.
Jay menambahkan, kehadiran agen BRILink menjadi salah satu bukti BRI mampu mengelaborasi digitalisasi bersama personal touch. Melalui proses transaksi yang terdigitalsiasi di agen, masyarakat dapat terlayani secara dekat serta tidak terbatas pada waktu. Hal tersebut sangat dibutuhkan utamanya bagi masyarakat di wilayah 3T (Terdepan, Terluar, dan Terdalam) yang jauh dari jangkauan kantor cabang atau branch unit bank.