Harga Minyak Dunia Bangkit Usai Arab Saudi Mengkhawatirkan Kondisi Pasokan

Rabu, 26 Oktober 2022 | 07:43 WIB
Harga Minyak Dunia Bangkit Usai Arab Saudi Mengkhawatirkan Kondisi Pasokan
Ilustrasi harga minyak dunia. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Harga minyak dunia menguat pada perdagangan hari Selasa (25/10/2022), bangkit dari penurunan lebih dari USD1 per barel. Kenaikan ini disebabkan depresiasi dolar dan kekhawatiran pasokan yang disoroti Menteri Energi Arab Saudi.

Mengutip CNBC, Rabu (26/10/2022), minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup naik 26 sen menjadi USD93,52 per barel.

Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate, meningkat 74 sen menjadi USD85,32 per barel.

Kedua tolok ukur naik dan turun USD1 selama sesi tersebut.

Indeks Dolar AS (Indeks DXY) melemah pada sesi petang, membuat minyak dalam denominasi greenback lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya dan membantu mendorong harga lebih tinggi.

Dukungan lebih lanjut datang dari komentar Menteri Energi Arab Saudi, Pangeran Abdulaziz bin Salman, bahwa cadangan energi yang digunakan sebagai mekanisme untuk memanipulasi pasar.

"Adalah tugas saya untuk menjelaskan bahwa kehilangan stok darurat mungkin menyakitkan pada bulan-bulan mendatang," kata dia dalam konferensi Future Initiative Investment (FII) di Riyadh.

Sementara itu, pengetatan pasar untuk gas alam cair (LNG) di seluruh dunia dan pengurangan pasokan oleh produsen minyak utama menempatkan dunia di tengah krisis energi global pertama yang sesungguhnya tutur Fatih Birol, Kepala Badan Energi Internasional (IEA).

Namun, aktivitas ekonomi yang tidak pasti di Amerika Serikat dan China, dua konsumen minyak terbesar dunia, membatasi kenaikan harga minyak.

Baca Juga: Inflasi Bikin Khawatir, Harga Minyak Dunia Bergerak Datar di Level USD 92,38/Barel

Senin, data pemerintah menunjukkan impor minyak mentah China pada September tercatat 2 persen lebih rendah dari tahun sebelumnya, sementara aktivitas bisnis berkontraksi di zona euro, Inggris dan Amerika Serikat pada Oktober.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI