Indonesia Jadi Pengekspor Terbesar Kedua, Budi Daya Rumput Laut Takalar Masuk Daftar PPI

M Nurhadi Suara.Com
Selasa, 25 Oktober 2022 | 21:50 WIB
Indonesia Jadi Pengekspor Terbesar Kedua, Budi Daya Rumput Laut Takalar Masuk Daftar PPI
Sebagai Ilustrasi-Petani memanen rumput laut di pesisir Pantai Batauga, Buton Selatan, Sulawesi Tenggara, Agustus lalu. (Antara/Ekho Ardiyanto)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Proyek budi daya rumput laut di Takalar, Sulawesi Selatan, oleh Kementerian Investasi atau BKPM resmi dimasukkan dalam salah satu proyek dalam peta peluang investasi (PPI) yang disusun tahun 2022.

“Kami menilai rumput laut adalah salah satu komoditas yang jadi kekuatan Indonesia khususnya di pasar internasional,” kata Direktur Perencanaan Sumberdaya Alam Kementerian Investasi/BKPM Ratih Purbasari Kania dalam Bincang Bahari bertajuk “Peluang Investasi Usaha Rumput Laut”, Selasa (25/10/2022).

Ratih menambahkan, Indonesia adalah pengekspor rumput laut terbesar kedua untuk produk konsumsi dan penggunaan industri.

“Setelah melakukan koordinasi serta konsultasi, kami menentukan jenis usaha dan juga lokasi pengembangan rumput laut tersebut yang paling sesuai yaitu di Provinsi Sulawesi Selatan karena merupakan salah satu dari lima sentra rumput laut di Indonesia,” kata dia.

Baca Juga: Ikan Wader Pari Makin Langka karena Permintaan Tinggi, Program Budi Daya Jadi Solusi

Merujuk pada data 2020, Sulsel jadi produsen terbesar di Indonesia dengan total produksi mencapai 3,4 juta ton. Ada pun luas area pengembangan rumput laut di provinsi tersebut mencapai 540,6 ribu hektare di mana saat ini pemanfaatannya baru sekitar 40,3 ribu hektare dengan komoditas utama Cottonii dan Gracilaria.

Ratih mengemukakan proyek budi daya rumput laut tersebut masuk dalam daftar 22 proyek di 13 provinsi di rencana penyusunan Peta Peluang Investasi (PPI) tahun 2022.

Ke 22 proyek tersebut terdiri dari 11 proyek bidang pemanfaatan sumber daya alam dan 11 proyek bidang industri manufaktur.

Secara rinci, ada 11 proyek investasi yang masuk dalam enam klaster bidang pemanfaatan sumber daya alam, yaitu klaster perkebunan, hortikultura, tanaman pangan, peternakan, perikanan dan energi.

Sementara 11 proyek lainnya masuk bidang industri manufaktur untuk klaster industri kimia, industri aneka, industri logam, industri mesin, industri alat transportasi dan industri elektronika.

Baca Juga: Bak Kisah Film Miracle in Cell No 7, Narapidana Ini Bertemu Anaknya di Penjara Usai 3 Tahun Berpisah

Ratih menjelaskan saat ini pihaknya masih menyusun pre-feasibility study (pra studi kelaikan) proyek-proyek tersebut.

“Sekarang masih dalam proses pembuatan pra-FS. Jadi masih kami hitung, masih belum di-launching,” kata Ratih, dikutip dari Antara.

Ada pun untuk 2020-2021, Kementerian Investasi/BKPM telah merilis 47 proyek PPI berkelanjutan berupa pra-FS dengan potensi nilai investasi sebesar Rp155,12 triliun.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI