IPMI: Stunting Mengancam Kualitas SDM Indonesia

Iwan Supriyatna Suara.Com
Senin, 24 Oktober 2022 | 16:17 WIB
IPMI: Stunting Mengancam Kualitas SDM Indonesia
Ilustrasi stunting (Freepik.com)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Stunting mengancam kualitas sumber daya manusia Indonesia di masa depan. Jika tidak segera diatasi, stunting atau kondisi gagal tumbuh akibat akumulasi ketidakcukupan zat gizi pada 1.000 hari pertama umur anak, dapat menghambat pertumbuhan ekonomi nasional serta meningkatkan kemiskinan.

Hal tersebut dikatakan Rektor IPMI International Business School Prof. Ir. M. Aman Wirakartakusumah M.Sc., PhD. dalam webinar bertajuk "Ketahanan Pangan: Aksi Kolaboratif untuk Mengakhiri Kelaparan dan Meningkatkan Gizi" di Kampus IPMI, Kalibata, Jakarta Selatan.

Meskipun Indonesia sedang bergerak maju menuju Zero Hunger, menurut Prof Aman, keterbatasan akses atas pangan, malnutrisi, kperubahan iklim, dan kerentanan terhadap ganguan alam, tetap berlanjut. Apalagi, perekonomian di 2023 akan dibayangi tantangan resesi global.

"Perang Ukraina dan Rusia yang masih berkecamuk mendorong kenaikan inflasi global diprediksi menjalar ke Indonesia tahun depan. Memang pada 2019, prevalensi kurang gizi pernah turun signifikan menjadi 7 persen, namun akibat pandemi naik kembali menjadi telah meningkat menjadi 8 persen akibat dari pandemi," ujarnya.

Baca Juga: Kebut Target Penurunan Angka Stunting 2024, Kepala BKKBN Minta Ibu Kasih ASI Ekslusif pada Anak

Deputi Bidang Pembangunan Manusia Masyarakat dan Kebudayaan Bappenas Subandi Sardjoko mengatakan pemerintah menargetkan angka anak gagal tumbuh menurun hingga 14 persen di tahun 2024. Sementara tingkat anak stunting di Indonesia masih di angka 24,4 persen, masih lebih baik ketimbang tahun 2018 yang berada di posisi 30,8 persen.

"Pemerintah melakukan intervensi spesifik sampai ke rumah tangga seperti makanan pendamping ASI, tablet tambah darah, imunisasi, vitamin A, tata laksana gizi buruk, kecacingan, dan malaria," ujarnya.

Subandi menambahkan pemerintah menyediakan anggaran untuk pengurangan stunting sebesar Rp22 triliun pada tahun ini.

"Bappenas memonitor pencapaian target tersebut," jelasnya.

Dosen Manajemen Bisnis Pangan IPMI International Business School Prof. Dr. Dedi Fardiaz menambahkan, pencapaian target penurunan angka stunting bisa dilakukan secara penta heliks yang melibatkan perguruan tinggi, pihak swasta, masyarakat, filantropi, dan media. Upaya kolektif tersebut untuk mempersiapkan Generasi Emas Indonesia 2045 yang tangguh dalam menghadapi tantangan dan gangguan terhadap negara di masa depan.

Baca Juga: GMC Banten Bangun Rumah Gizi dan Stunting untuk Pelayanan Kesehatan Masyarakat

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI