Suara.com - Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo telah menyiapkan strategi untuk menghadapi potensi krisis pangan tahun 2023 akibat resesi ekonomi. Di antaranya melalui optimalisasi produksi padi, jagung, dan kedelai (pajale) serta politik pupuk.
Terkait pangan strategis pajale, Ganjar mengatakan potensi produksinya sangat bangus. Terlebih, Ganjar menyebut banyak lahan di Jateng yang bisa dimanfaatkan untuk ditanami dengan tiga komoditas pertanian tersebut, termasuk pekarangan.
"Sebenarnya kita sudah menghitung luasnya lahan pertanian itu yang sekarang dipakai oleh petani dibandingkan luas pekarangan. Ternyata pekarangannya jauh lebih banyak," kata Ganjar, Senin (24/10/2022).
Ganjar mengatakan, optimalisasi produksi pajale juga akan melibatkan berbagai pihak, termasuk Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Jateng yang akan berkoordinasi dengan Badan Riset dan Inovasi Negar (BRIN). Ganjar juga akan menghadirkan pasar yang melariskan penjualan pajale, salah satunya jajaran Pemprov Jateng sendiri.
Baca Juga: Dibayangi Resesi Global, John Riady: Sektor Properti Tetap Prospektif
"Maka rasa-rasanya pemerintah mesti hadir memberikan insentif kepada petani. Kalau perlu off-takernya kita dari pemerintah sehingga petani merasa mendapatkan keuntungan yang wajar ya. Ini yang mesti kita dorong," kata Ganjar.
Adapun, bersadarkan data Pemprov Jateng, realisasi produksi padi hingga September 2022 mencapai 8.238.177 ton dan akan mencapai 9.579.069 ton di akhir tahun. Sementara, produksi jagung pada periode yang sama mencapai 3.047.712 ton dan kedelai 47.246 ton.
Selain pajale, Ganjar juga akan mengoptimalkan politik pupuk untuk menghadapi potensi krisis pangan 2023. Ganjar menjelaskan, langkah ini dilakukan karena subsidi pupuk Jateng masih cukup terbatas.
"Soal politik pupuk nih, karena subsidi pupuk kita itu terbatas sekali dan jumlahnya secara kuantitas juga kurang. Maka hari ini coba kita dampingi dengan pupuk organik," tuturnya.
Ganjar mengatakan, saat ini Pemprov Jateng sedang gencar melakukan operasi terhadap sejumlah distributor dan pengecer pupuk untuk memantau kuantitasnya.
Baca Juga: Bayang-bayang Resesi Menghantui, Aplikasi Pintu Bagikan Tips Investasi
Ganjar mendorong agar keduanya tidak mempersulit petani agar produksi pertanian bisa segera terserap pasar.
"Sekarang lagi saya operasi beberapa distributor, pengecer, untuk kita bisa tahu berapa kuantitasnya dan jangan dipersulit petaninya untuk bisa membeli. Hanya memang penggunaan pupuk secara berimbang ini mesti dikontrol oleh para penyuluh. Jadi ini cukup kholistik," tuturnya.
Di samping pajale dan politik pupuk, Ganjar menyebut pihaknya juga memantau berbagai potensi yang dimiliki Jateng. Salah satunya adalah Learning Center Bawang Putih hasil kerja sama dengan Bank Indonesia (BI) dan Institut Pertanian Bogor.
"Hari ini coba kita pantau dari potensi-potensi yang kita miliki. Termasuk kenapa kemarin dengan BI, dengan IPB, kita mengembangkan learning center untuk bawang putih, itu dukungan kita," pungkas Ganjar.
Sebagai informasi, Jateng juga memiliki pangan alternarif yang melimpah seperti ubi kayu yang produksinya mencapai 2.288.971 ton di September 2022, ubi jalar 114.415 ton, kacang tanah 58.423 ton, dan kacang hijau 24.590 ton.