Suara.com - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan saat ini ekonomi dunia sedang mengalami tantangan baru setelah krisis Pandemi Covid-19 yang berlangsung selama tiga tahun terakhir.
Tantangan tersebut, yakni krisis atau risiko di bidang ekonomi dan keuangan akibat kenaikan harga sejumlah komoditas dan menyebabkan melesatnya inflasi.
"Seperti yang saya sampaikan pada periode sebelumnya, krisis atau risiko sekarang beralih dari pandemi ke risiko di bidang ekonomi dan keuangan, terutama lingkungan global yang makin bergejolak," kata Sri Mulyani saat konferensi pers APBN Kita secara virtual, Jumat (21/10/2022).
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini menjabarkan mahalnya harga komoditas membuat kesehatan ekonomi cukup terguncang lantaran volatilitasnya sangat tinggi.
Baca Juga: Sri Mulyani Pasang Target Ekonomi Kuartal III 2022 Tumbuh 5,5 Persen
“Mulai dari harga gas yang meningkat kemudian merosot dan naik lagi dan merosot," katanya.
Seperti harga gas misalnya kata dia pergerakannya sangat tidak menentu, pernah di kisaran USD5,68 per MMBtu, lalu sempat naik USD9,40 per MMBtu dan turun kembali ke USD 6,44 per MMBtu.
Begitu juga dengan harga minyak dunia yang mengalami penurunan dari harga yang pernah mencapai USD126 per barrel ke USD90,8 per barrel.
Sedangkan untuk, CPO juga mengalami penurunan yang cukup drastis dalam 1-1,5 bulan terakhir, yaitu pernah dari USD1.676 per ton ke USD720,5 per ton dan naik lagi ke USD817,1 per ton.
Untuk harga gandum juga mengalami penurunan, dari USD1.224 per bushels menjadi USD850,1 per bushels.
Baca Juga: Sri Mulyani: Belanja Negara untuk Pendidikan Capai Rp612,2 Triliun Demi Peningkatan SDM
“Poinnya adalah bahwa harga komoditas ini masih sangat tidak pasti, cenderung tinggi karena memang faktor yang mempengaruhinya yaitu geopolitik, seperti terjadinya perang yang mengganggu sisi pasokan, mengganggu sisi distribusi, cenderung membuat harga dari komoditas-komoditas ini menjadi tinggi dan mudah sekali bergejolak," katanya.