Suara.com - Nilai tukar rupiah pada perdagangan akhir hari Kamis (20/10/2022) ditutup melemah ke level Rp15.571 per dolar AS. Mata uang Garuda melorot 73,5 poin atau minus 0,47 persen dari perdagangan sebelumnya.
Sementara, kurs referensi Bank Indonesia (BI) Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah menguat ke posisi Rp15.579 per dolar AS pada perdagangan hari ini.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan pelemahan ini disebabkan dolar yang menjulang di atas mata uang utama pada hari Kamis karena imbal hasil Treasury AS 10-tahun naik menjadi 4,154 perse level tertinggi sejak pertengahan 2008, sementara pasar tetap waspada terhadap tanda-tanda intervensi Bank of Japan.
"Bulan lalu, Jepang melakukan intervensi di pasar valuta asing untuk membeli yen untuk pertama kalinya sejak 1998, dalam upaya untuk menopang mata uang yang babak belur," kata Ibrahim.
Baca Juga: 9 Cara BI Checking Online dan Periksa Kriteria Kredit
Namun, angka inflasi yang menyengat minggu ini dari Inggris, Selandia Baru dan Kanada menunjukkan bahwa bank-bank sentral di seluruh dunia jauh dari menjinakkan inflasi yang tinggi selama beberapa dekade, bahkan dengan mengorbankan pertumbuhan yang menyesakkan.
Meski demikian pelemahan rupiah saat ini masih relatif terbatas dan saat ini masih dalam angka under value. Artinya kondisi saat ini lebih sangat dipengaruhi faktor sentimen.
"Penguatan dolar yang terjadi saat ini, bukan hanya terjadi terhadap nilai tukar rupiah, tapi juga mata uang negara lainnya sehingga pemerintah dan Bank Indonesia tidak usah panik dalam menyikapi pelemahan mata uang rupiah ini," katanya.
Sementara itu, Bank Indonesia hari ini akhirnya menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin menjadi 4,75 persen pada Oktober 2022. untuk suku bunga Deposit Facility sebesar 50 bps menjadi 4,00 perse , dan suku bunga Lending Facility sebesar 50 bps menjadi 5,50 persen.
Baca Juga: Gubernur Bank Indonesia Ungkap Alasan di Balik Kenaikan Suku Bunga Acuan dan Deposit