Tips Menjadi Stockist, Apa Bedanya dengan Dropshipper?

Vania Rossa Suara.Com
Rabu, 19 Oktober 2022 | 18:56 WIB
Tips Menjadi Stockist, Apa Bedanya dengan Dropshipper?
Ilustrasi stockist. (Elements Envato)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Berkembangnya teknologi memungkinkan siapa pun bisa berdagang hanya dengan bermodal semangat. Salah satu profesi yang banyak diminati belakangan adalah dropshipper, di mana kamu bisa berjualan tanpa modal sama sekali.

Seorang dropshipper tidak perlu menyetok dan mengirimkan barang yang terjual, karena tugasnya hanya mempromosikan sekaligus menjual barang dagangan milik produsen ataupun supplier.

Meski tak butuh modal banyak -- bahkan beberapa ada yang berhasil menjalankannya tanpa modal sama sekali -- margin keuntungan yang didapat seorang dropshipper tidaklah terlalu tinggi.

Belum lagi kalau kamu mendapatkan supplier yang tidak gercep, sehingga menghambat pengiriman barang ke konsumen. Otomatis, aliran fulusmu juga terhambat, kan?

Baca Juga: Hanya Perlu Skill yang Menjual, Ini 4 Ide Bisnis Tanpa Modal

Nah, buat kamu yang ingin menjalankan bisnis dengan margin lebih besar, kamu bisa memilih untuk menjadi stockist. Stockist adalah seseorang yang menyimpan barang dan dapat menjual barang saat permintaan meningkat. Dengan cara ini, stockist dapat mengatur waktu untuk menyiapkan stok tetap tersedia tanpa bergantung penuh pada supplier.

Nah, pengalaman berubah haluan dari dropshipper menjadi stockist dialami oleh Wella Lee, selaku CEO dan founder dari Eyelovin.

Penasaran ingin menjadi stockist juga? Simak dulu beberapa tips berikut yang dibagikan oleh Wella di laman Ninja Xpress.

1. Siapkan tempat penyimpanan yang cukup dan sesuai dengan jumlah stok

Tidak perlu gudang yang besar untuk menjadi stockist, tapi pastikan ruang penyimpanan yang kamu sediakan cukup dan sesuai dengan jumlah stok produk jualan kamu, ya.

Baca Juga: Apa Itu Reseller? Begini Tips Terbaik Sebelum Memulai Usaha Reseller

2. Berikan kode pada setiap barang

Agar mempermudah kamu dalam mencari produk jualan, jangan lupa memberikan kode pada setiap barang yang kamu jual. Terlebih kalau produk yang kamu jual beragam.

3. Tentukan jumlah stok minimum

Kamu harus menentukan jumlah minimum dari produk laris yang kamu jual agar tidak terjadi kekosongan stok saat pembelian oleh pelanggan. Tantangannya adalah kalau kamu berjualan di berbagai platform marketplace, di mana tentu akan sulit untuk update stok secara manual, Kamu dapat menggunakan jasa pihak ketiga yang dapat secara otomatis update stok barang dan saat stok mulai menipis Kamu juga akan diingatkan oleh sistem.

4. Lakukan proyeksi durasi barang habis

Untuk menghindari kekosongan stok, kamu juga dapat memproyeksikan atau memperkirakan kapan stok akan habis dengan cara melihat rata-rata pembelian barang setiap harinya. Apabila sudah mendapatkan angka rata-rata pembelian, maka angka ini dijadikan pembagi untuk jumlah stok yang tersedia kemudian akan keluar hasil proyeksi berapa hari stok akan habis.

5. Melakukan stock opname

Stock opname berguna untuk mencocokkan pencatatan dengan barang fisik. Dengan begitu, kamu dapat mengecek kembali barang yang ada agar stok dapat terus terkontrol.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI