Tingkatkan Surplus Neraca Perdagangan, Mendag Zulhas Incar Negara Ekspor Nontradisional

Rabu, 19 Oktober 2022 | 15:14 WIB
Tingkatkan Surplus Neraca Perdagangan, Mendag Zulhas Incar Negara Ekspor Nontradisional
Mendag Zulkifli Hasan.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan alias Zulhas dalam laporannya menyatakan, surplus neraca perdagangan Indonesia pada periode Januari-September meningkat 58,9 persen dari periode yang sama di tahun sebelumnya.

Meski terus mencatatkan surplus, Zulhas menambahkan bahwa pemerintah akan mencari mitra dagang baru demi meningkatkan surplus neraca perdagangan.

"Surplus Indonesia mencapai 39,87 miliar Dolar AS, naik 58,8 persen dibanding periode yang sama tahun 2021. Ekspor nonmigas tercatat sebesar 207,19 miliar Dolar AS atau naik 33,21 persen dibanding tahun 2021 yang lalu," katanya dalam acara Trade Expo Indonesia Ke-37 di Tangerang, Rabu (19/10/2022).

Untuk mendukung pertumbuhan ekspor, Indonesia terus berupaya membuka akses pasar di negara-negara mitra melalui perjanjian perdagangan serta pengiriman misi dagang. Selain itu, pemerintah juga tengah fokus mengembangkan potensi perdagangan di pasar nontradisional.

"Ke depan, kami akan lebih fokus menggarap pasar nontradisional. Untuk mengatasi perlambatan ekonomi dunia, kita fokus menggarap pasar nontradisional,” kata Zulkifli.

Sebelumnya, Indonesia kembali mencatatkan nilai surplus neraca perdagangan pada bulan September 2022 dimana angkanya mencapai USD4,99 miliar atau setara Rp77 triliun dengan kurs Rp15.500.

Tetapi jika dilihat lebih dalam tren surplus ini mengalami penurunan yang terus menerus hingga saat ini, sejak mencatatkan 29 kali surplus beruntun.

Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan tren penurunan surplus perdagangan terjadi akibat moderasi pada harga komoditas ekspor utama terutama CPO dipasar internasional dan koreksi pada harga batubara dibanding bulan sebelumnya.

"CPO sangat terkait dengan ancaman resesi global yang menurunkan permintaan bahan baku terutama untuk industri pengolahan. Terkait batubara meski krisis energi tengah berlangsung di zona Eropa, namun ancaman resesi membuat proyeksi kebutuhan batubara ditahun depan bisa menurun," papar Bhima kepada suara.com, Senin (17/10/2022).

Baca Juga: Neraca Perdagangan Indonesia Cetak Kinerja Positif, Ekspor CPO Justru turun

Sehingga kata dia price reversal dari harga komoditas bisa menekan surplus perdagangan pada bulan Oktober mendatang.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI