Mengintip Persiapan Pemerintah Antisipasi Risiko Krisis Ekonomi Tahun 2023

M Nurhadi Suara.Com
Rabu, 19 Oktober 2022 | 09:09 WIB
Mengintip Persiapan Pemerintah Antisipasi Risiko Krisis Ekonomi Tahun 2023
ILUSTRASI-Pedagang menjual bumbu dapur dan sayur mayur di Pasar Tanjung Jember (ANTARA/Zumrotun Solichah)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Risiko krisis ekonomi global jadi ancaman terkini meski kini neraca perdagangan masih kembali mencatatkan surplus US$4,99 miliar pada bulan September 2022.

"Ke depan, pemerintah bersama otoritas terkait akan mengantisipasi berbagai risiko global yang akan mempengaruhi neraca perdagangan dan perekonomian secara umum," kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu, Selasa (18/10/2022).

Risiko yang dimaksud salah satunya perdagangan global yang melambat akibat inflasi, sebagaimana tercermin dalam World Economic Outlook (WEO) Oktober 2022, serta mitra dagang utama seperti Tiongkok.

Tidak hanya itu, Indonesia juga akan berupaya melakukan diversifikasi produk maupun negara mitra dagang yang sekarang sudah mulai memperlihatkan hasil. 

Baca Juga: FIFA: Piala Dunia U-20 2023 Momen Perbaiki Citra Indonesia

Ekspansi ekspor selain ke negara tujuan ekspor utama, misalnya Filipina dan Malaysia sudah menunjukkan peningkatan signifikan sepanjang tahun berjalan.

Hingga September 2022, ekspor Indonesia terus catat kinerja positif pada  dengan nilai mencapai 24,8 miliar dolar AS atau tumbuh 20,28 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). 

Kenaikan tren ekspor Indonesia didorong oleh ekspor migas dan non-migas yang masih tumbuh tinggi masing-masing 41,8 persen (yoy) dan 19,26 persen (yoy).

Namun demikian, secara bulanan sedikit melambat di antaranya karena penurunan harga dan volume komoditas unggulan, total ekspor tetap meningkat secara kumulatif.

Hal ini dapat dilihat dari ekspor Januari-September 2022 yang mencapai 219,35 miliar dolar AS atau meningkat sebesar 55 miliar dolar AS dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Baca Juga: Menghadapi Resesi 2023, Ini 3 Langkah Finansial yang Harus Kita Lakukan!

“Peningkatan kumulatif ekspor menunjukkan masih kuatnya permintaan global seiring dengan pengendalian pandemi yang semakin baik. Penguatan permintaan ekspor terutama berasal dari beberapa negara mitra dagang utama Indonesia, seperti India, Jepang dan Korea Selatan,” ujar dia, dikutip dari Antara.

Sementara, menurut Febrio impor Indonesia juga masih mencatatkan kinerja positif mencapai 19,81 miliar dolar AS dengan pertumbuhan 22,01 persen (yoy) meskipun relatif melambat dibandingkan bulan sebelumnya.

Pertumbuhan impor antara lain didukung oleh kinerja sektor manufaktur yang tercermin dari Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur Indonesia September 2022 yang terus melanjutkan ekspansi.

Peningkatan impor didorong oleh impor migas yang naik sebesar 83,53 persen (yoy) dan impor non-migas yang tumbuh 14,02 persen (yoy), sehingga sejak Januari hingga September 2022 total impor Indonesia mencapai 179,49 miliar dolar AS. Dari sisi penggunaan, impor bahan baku dan barang modal tumbuh tinggi masing-masing 23,21 persen (yoy) dan 41,13 persen (yoy).

“Pertumbuhan kedua barang tersebut mencerminkan aktivitas ekonomi dari sisi produksi masih berjalan dengan baik,“ tambahnya.

Terkait dengan impor barang konsumsi, kata dia, meskipun menurun secara tahunan sebesar 11,17 persen di antaranya karena kenaikan harga, secara kumulatif dari Januari hingga September 2022 impor barang konsumsi masih mengalami pertumbuhan sebesar 3,52 persen.

Penguatan aktivitas konsumsi masyarakat akan terus dijaga melalui instrumen APBN dengan menjaga daya beli masyarakat melalui kebijakan stabilisasi harga, perlindungan sosial, dan lainnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI