Harga Minyak Dunia Melorot, WTI Anjlok ke Level USD82/Barel

Rabu, 19 Oktober 2022 | 07:46 WIB
Harga Minyak Dunia Melorot, WTI Anjlok ke Level USD82/Barel
Ilustrasi harga minyak dunia.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Harga minyak dunia melorot pada perdagangan hari Selasa, karena kekhawatiran pasokan Amerika yang lebih tinggi dikombinasikan dengan perlambatan ekonomi dan permintaan bahan bakar China yang lebih rendah.

Mengutip CNBC, Rabu (19/10/2022) minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup anjlok USD1,59, atau 1,7 persen menjadi USD90,03 per barel.

Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka Texas Intermediate (WTI), tergelincir USD2,64, atau 3,1 persen menjadi USD82,82 per barel.

China, importir minyak mentah terbesar dunia, menunda pengumuman sejumlah indikator ekonomi tanpa batas waktu yang awalnya bakal dirilis Selasa, menunjukkan kepada pasar bahwa permintaan bahan bakar secara signifikan tertekan di wilayah tersebut.

Baca Juga: 2023, Harga Minyak Dunia Diprediksi Mencapai 90 Dolar AS

"Ini bukan pertanda baik ketika China memutuskan untuk tidak menerbitkan data ekonomi," kata John Kilduff, mitra di Again Capital LLC, New York.

"Kepatuhan China terhadap kebijakan nol-Covidnya terus meningkatkan ketidakpastian tentang pertumbuhan ekonomi negara itu," kata analis CMC Markets, Tina Teng.

Harga minyak juga tertekan oleh laporan bahwa pemerintah Amerika akan terus melepaskan minyak mentah dari cadangannya.

Pemerintahan Presiden Joe Biden berencana menjual minyak dari Strategic Petroleum Reserve dalam upaya untuk mendinginkan harga bahan bakar sebelum pemilihan kongres bulan depan.

Output di Permian Basis Texas dan New Mexico, cekungan shale-oil  terbesar Amerika, diperkirakan naik sekitar 50.000 barel per hari (bph) menjadi rekor 5,453 juta bph bulan ini, kata Badan Informasi Energi.

Baca Juga: Melonjaknya Harga Minyak Adalah Alasan Kuat untuk Transisi Energi

"Sementara itu investor meningkatkan long position di komoditas berjangka setelah OPEC Plus setuju untuk menurunkan output sebesar 2 juta bph," kata analis ANZ Research.

Beberapa anggota kelompok produsen minyak mendukung pemotongan tersebut setelah Gedung Putih menuduh Arab Saudi memaksa sejumlah negara untuk mendukung langkah itu, tudingan yang dibantah Riyadh. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI