Suara.com - CEO JPMorgan Chase & Co Jamie Dimon memperingatkan dunia terkait inflasi yang terus meningkat dan berpotensi memicu suku bunga AS naik lebih tinggi dari 4,5 persen, serta kemungkinan resesi yang membayangi.
Jamie Dimon mengatakan pada Kamis (13/10/2022), saat ini pasar masih dalam posisi aman dan konsumen masih membelanjakan uang mereka.
"Mereka mungkin bisa melakukannya selama sembilan bulan lagi sebelum inflasi dan pengeluaran menyusul mereka, itulah sebabnya saya pikir Anda akan melihat ekonomi yang kuat untuk sementara waktu," katanya kepada peserta pertemuan Institute of International Finance di Washington.
Namun, kata dia, pembuat kebijakan mungkin harus menaikkan suku bunga lebih dari 4,5 persen untuk menjinakkan inflasi, katanya.
Baca Juga: Indonesia Siapkan Skenario Terburuk Menghadapi Badai Resesi Global di 2023
Dimon memperkirakan, akan ada lebih banyak turbulensi ke depan dengan pengetatan kuantitatif dan pasokan energi yang rapuh membuat masa depan lebih tidak pasti.
"Ini buruk. hal-hal itu adalah turbulensi besar yang ada di depan kita - yang dapat dengan mudah menyebabkan resesi," ujar dia.
Pada awal pekan ini, pria itu dalam wawancara bersama CNBC mengatakan, S&P 500 bisa turun 20 persen lebih cepat dari level saat ini, dengan penurunan 20 persen berikutnya kemungkinan lebih menyakitkan dari sebelumnya.
"Saya tidak berpikir begitu tetapi mungkin," kata Dimon, mengacu pada komentar baru-baru ini tentang pasar saham, mengatakan pada Kamis (13/10/2022) bahwa dia tidak tahu apakah akan ada soft landing.
Namun, dalam skenario "resesi yang sulit, Anda akan memperkirakan pasar turun 20-30 persen lagi."
Baca Juga: Menko Airlangga Ungkap Alasan Inflasi Indonesia Masuk 5 Terendah di Dunia
Dalam wawancara tersebut, Dimon juga mengulangi kritiknya terhadap mata uang kripto dan mengatakan bahwa mereka dapat digunakan untuk penipuan atau skema ponzi atau modus investasi palsu yang terdesentralisasi, dan bahwa token kripto tidak memiliki nilai.