Suara.com - Harga minyak dunia melesat sekitar 2 persen pada perdagangan hari Kamis, karena rendahnya tingkat persediaan minyak solar menjelang musim dingin di Amerika Serikat (AS).
Kondisi ini memicu aksi beli dan membalikkan kerugian di awal sesi.
Mengutip CNBC, Jumat (14/10/2022) minyak mentah berjangka Brent untuk kontrak pengiriman Desember, patokan internasional, ditutup melonjak USD2,12 atau 2,29 persen menjadi USD94,57 per barel.
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate, melejit USD1,84 atau 2,1 persen menjadi USD89,11 per barel.
Stok penyulingan, yang meliputi minyak solar dan pemanas, menyusut 4,9 juta barel dalam pekan yang berakhir hingga 7 Oktober, ungkap Badan Informasi Energi (EIA) Amerika, jauh melebihi ekspektasi untuk penurunan 2 juta barel dan membawa persediaan menjadi 106,1 juta barel, level terendah sejak Mei.
Kondisi itu mendorong investor untuk mengabaikan kejutan kenaikan stok bensin sebesar 2 juta dan lonjakan lebih besar dari ekspektasi untuk persedian minyak mentah, yakni mendekati 10 juta barel.
"Bagian yang paling mengganggu dari laporan (EIA) tersebut adalah bahwa persediaan penyulingan jauh di bawah rata-rata. Musim dingin akan datang," kata Phil Flynn, analis Price Futures Group di Chicago.
Menteri Energi Amerika pada Agustus mendesak penyulingan minyak domestik untuk menahan diri dari peningkatan lebih lanjut ekspor bahan bakar, seperti bensin dan solar.
Pekan ini, EIA memperingatkan bahwa sebagian besar rumah tangga AS akan membayar lebih besar untuk memanaskan rumah mereka sepanjang musim dingin ini.
Baca Juga: Melemah Tiga Hari Berturut-turut, Harga Minyak Dunia Ambles Lagi 2,3 Persen
Kamis, Joe Biden, Presiden AS mengatakan harga bensin masih terlalu tinggi dan dia akan berbicara minggu depan tentang menurunkan biaya tersebut.