Melemah Tiga Hari Berturut-turut, Harga Minyak Dunia Ambles Lagi 2,3 Persen

Kamis, 13 Oktober 2022 | 07:46 WIB
Melemah Tiga Hari Berturut-turut, Harga Minyak Dunia Ambles Lagi 2,3 Persen
Ilustrasi harga minyak dunia. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Harga minyak dunia kembali turun untuk hari ketiga berturut-turut pada perdagangan Rabu, didorong kekhawatiran tentang permintaan, penguatan dolar dan ekspektasi untuk lebih banyak kenaikan suku bunga oleh bank sentral utama.

Mengutip CNBC, Kamis (13/10/2022) minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup merosot USD1,84, atau 2 persen menjadi USD92,45 per barel.

Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate, melorot USD2,08, atau 2,3 persen menjadi USD87,27 per barel.

Baik OPEC dan Departemen Energi Amerika memangkas prospek permintaan mereka. Pekan lalu, bersama dengan sekutunya, termasuk Rusia, OPEC mendorong harga melesat ketika sepakat untuk memotong pasokan sebesar 2 juta barel per hari (bph).

Baca Juga: Harga Minyak Turun Dampak Kekhawatiran Resesi Global dan COVID-19 di China

Rabu, Organisasi Negara Eksportir Minyak (OPEC) memangkas prospek pertumbuhan permintaan tahun ini antara 460.000 bph dan 2,64 juta bph, mengutip peningkatan langkah-langkah untuk menahan penyebaran Covid-19 China dan inflasi yang tinggi.

"Ekonomi dunia memasuki masa ketidakpastian yang tinggi dan tantangan yang meningkat," kata OPEC dalam laporan bulanannya.

Departemen Energi AS menurunkan ekspektasi untuk produksi dan permintaan di Amerika Serikat dan secara global. Sekarang hanya melihat peningkatan 0,9 persen dalam konsumsi AS pada 2023, turun dari perkiraan sebelumnya untuk kenaikan 1,7 persen.

Di seluruh dunia, departemen itu memperkirakan konsumsi naik hanya 1,5 persen, turun dari ekspektasi sebelumnya untuk pertumbuhan 2 persen.

"Kita tidak memperdagangkan perlambatan ekonomi - ini ketakutan akan perlambatan di masa mendatang," kata Phil Flynn, analis Price Futures Group di Chicago.

Baca Juga: Ancaman Resesi Ekonomi, Harga Minyak Dunia Ambles 2 Persen

Pasar energi juga berada di bawah tekanan dari dolar, yang menguat terhadap mata uang berimbal hasil rendah seperti yen. Komitmen Federal Reserve untuk terus menaikkan suku bunga guna membendung inflasi yang tinggi mendorong imbal hasil, membuat dolar AS lebih menarik bagi investor asing.

Presiden Fed Minneapolis, Neel Kashkari, Rabu, mengatakan bank sentral akan tetap pada jalurnya saat ini karena belum melihat banyak bukti bahwa inflasi belum melemah.

Inflasi tingkat produsen Amerika mengipasi kekhawatiran, Rabu, ketika harga grosir naik lebih dari yang diantisipasi. Apresiasi dolar membuat komoditas berdenominasi  greenback lebih mahal bagi pemegang mata uang lain dan cenderung membebani minyak serta aset berisiko lainnya. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI