Suara.com - Di tengah melejitnya laju inflasi di sejumlah negara dunia imbas kenaikan harga energi dan pangan tak membuat pemerintah Indonesia khawatir.
Dikatakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat ini laju inflasi Indonesia yang sebesar 5,9 persen yoy relatif cukup stabil.
"Ini juga kita tetap syukuri karena kalau kita bandingkan dengan negara-negara laain sekarang ini di Argentina sudah 83,5 persen (inflasi), dengan kenaikan suku bunga sudah 3700 basis poin, kita inflasi 5,9 dengan perubahan suku bunga di 75 basis poin. Artinya moneter kita masih pada posisi yang bisa kita kendalikan," kata Jokowi dalam acara Investor Daily Summit 2022 di Jakarta, Selasa (11/10/2022).
Menurut mantan Walikota Solo dan DKI Jakarta ini, tak ada negara di dunia selain Indonesia yang melakukan melakukan kerja sedetail Indonesia dalam menekan inflasi.
Baca Juga: Jokowi: 70 Persen Pendapatan Freeport Sudah Menjadi Milik Indonesia
Sebab, pada umumnya, negara-negara lain dalam mengendalikan kenaikan harga barang dan jasa hanya bertindak melalui bank sentral yang menaikkan suku bunga.
"Tapi kita tidak hanya urusan menaikkan suku bunga yang jadi keuangan BI tetapi dalam praktik riil kita langsung masuk ke sumbernya yaitu kenaikan barang dan jasa," ungkapnya.
Jokowi pun mengakui sudah memanggil sejumlah kepala daerah untuk duduk bersama dalam menjaga kestabilan inflasi, terutama inflasi yang disebabkan oleh harga pangan.
"Saya sudah kumpulkan bupati walikota, gubernur dua kali dan terus kita lakukan evaluasi setiap 2 minggu, kita berikan kewenangan daerah untuk mengugunakan dana transfer umum 2 persen dan belanja tidak terduga bisa digunakan untuk mengatasi inflasi," paparnya.
Jokowi mencontohkan bagaimana menangani kenaikan harga bawang merah di Lampung dan sumber produksi bawang merah ada di Brebes.
Baca Juga: Jokowi Sebut Jaga Daya Beli Masyarakat Tak Murah: Bayarannya Rp 502 Triliun
"Karena harga bawang merah naik di Lampung, pemda bisa langsung beli ke Brebes atau menutup ongkos transportasi dibebankan ke APBD," tuturnya.
Setelah dihitung, biaya yang harus dikeluarkan untuk menutup ongkos pengangkutan komoditas pangan tersebut relatif murah.
Contoh lain adalah saat ada kenaikan harga telur ayam di Jabodetabek yang mendorong kenaikan inflasi. Menurut kepala negara, hal itu juga bisa ditanggulangi dengan menyambungkan kebutuhan itu ke daerah produsen komoditas seperti Blitar.
"Cari di mana negara lain urus hal detail-detail kek gitu penyelesaikan pasti makro," kata Jokowi.