Ahli Bahan Bakar dan Pembakaran Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara Institut Teknologi Bandung (ITB) Tri Yuswidjajanto menjelaskan pengukuran oktan dilakukan menggunakan Coordinating Fuel Research (CFR). Pengujian kadar oktan bahan bakar tidak dilakukan sembarang orang karena dibutuhkan sertifikasi khusus.
CFR bekerja menghitung kadar oktan dengan menduplikasi pembakaran di dalam mesin kendaraan bermotor. Sedangkan CFR yang beredar di pasaran bekerja dengan prinsip fisiki kimia bahan bakar, sehingga hasilnya tidak bisa dijadikan acuan.
Bilangan oktan yang menunjukkan ketahanan terjadinya knocking. Jika kendaraan diisi BBM dengan kadar oktan yang tidak sesuai dengan rekomendasi pabrikan, maka akan mengalami knocking dan bisa mengalami performa bahkan bisa rusak.
“Kalau angka oktan tidak sesuai dengan rekomendasi pabrikan kendaraan, mesin bisa mengalami knocking, bahkan ngelitik, dan bahkan bisa kehilangan performa. Cepat rusak lagi,” tuturnya dikutip dari saluran YouTube Bensin Kita.