Transaksi Kripto di Indonesia Anjlok 56 Persen, Pengamat: Efek Guncangan Ekonomi Global

M Nurhadi Suara.Com
Jum'at, 07 Oktober 2022 | 18:27 WIB
Transaksi Kripto di Indonesia Anjlok 56 Persen, Pengamat: Efek Guncangan Ekonomi Global
Ilustrasi (Quantitatives via Unsplash)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ada penurunan volume transaksi kripto di Indonesia yang diduga merupakan efek domino dari apa yang terjadi secara global,  di mana pasar kripto tengah dihantam oleh situasi makroekonomi yang kurang baik sepanjang tahun 2022.

"Guncangan sistem keuangan global bisa memberikan efek cukup besar bagi pasar kripto. Guncangan tersebut adalah situasi makroekonomi yang goyah akibat resesi dan geopolitik yang memanas. Hal ini bisa membuat situasi crypto winter bisa terjadi," kata Ketua Umum Asosiasi Pedagang Aset Kripto Indonesia (Aspakrindo) Teguh Kurniawan Harmanda.

Berdasarkan data Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Kemendag, nilai transaksi kripto di dalam negeri pada Januari-Agustus 2022 mencapai Rp249,3 triliun, turun 56,35 persen dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.

Padahal, pada tahun lalu, total nilai transaksi perdagangan aset kripto di Indonesia mencapai Rp859,5 triliun.

Baca Juga: 4 Cara Efektif untuk Menghadapi Inflasi dan Mengurangi Dampak Negatifnya

Dari sisi jumlah investor, per Agustus 2022, Indonesia memiliki 16,1 juta pelanggan aset kripto atau rata-rata setiap bulan jumlah pelanggan terdaftar bertambah sebesar 725 ribu.

"Artinya jumlah investor kripto di Indonesia terus mengalami pertumbuhan," kata sosok yang akrab disapa Manda itu.

Ia menduga, market kripto yang lesu juga didorong oleh kebijakan moneter AS, yang membuat investor kurang bergairah, padahal AS memiliki volume perdagangan Bitcoin terbanyak di bursa berdasarkan data Statista.

Pengetatan kebijakan The Fed yang menaikkan suku bunga acuannya guna menekan inflasi bisa mengancam market kripto.

Kenaikan suku bunga akhirnya menyebabkan harga komoditas yang lebih tinggi dan daya beli melemah, investor akan menjauhi market.

Baca Juga: Jelang Akhir Tahun, Bupati Dan Wali Kota di Sumsel Diingatkan Kendalikan Inflasi

"Kenaikan harga kebutuhan pokok membuat investor untuk wait and see. Ini yang mulai terasa di Indonesia, investor memilih menunggu momen yang tepat untuk masuk kembali ke market kripto, di saat situasi makroekonomi sudah stabil," jelasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI