Harga Minyak Dunia Kembali Memanas Usai Rencana OPEC Plus Pangkas Produksi 1 Juta Barel

Rabu, 05 Oktober 2022 | 07:55 WIB
Harga Minyak Dunia Kembali Memanas Usai Rencana OPEC Plus Pangkas Produksi 1 Juta Barel
Harga minyak dunia. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Harga minyak dunia kembali memanas dengan kenaikan hampir USD3 per barel pada perdagangan Selasa (4/10/2022), di tengah ekspektasi pemotongan produksi oleh OPEC Plus.

Mengutip CNBC, Rabu (5/6/2022), minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup melambung USD2,94 atau 3,3 persen menjadi USD91,80 per barel.

Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), melonjak USD2,89, atau 3,5 persen menjadi USD86,52 per barel.

Organisasi Negara Eksportir Minyak dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC Plus, tampaknya akan memangkas produksi ketika mereka bertemu hari ini.

Baca Juga: Prospek Ekonomi Memburuk, Harga Minyak Dunia Suram

Langkah itu akan menekan pasokan di pasar minyak yang menurut sejumlah eksekutif perusahaan energi dan analis sudah ketat karena permintaan yang sehat, minimnya investasi dan masalah pasokan.

Sumber dari kelompok itu mengatakan OPEC Plus, yang mencakup Rusia, sedang membahas pengurangan output lebih dari 1 juta barel per hari (bph).

Minyak memperpanjang kenaikan setelah Bloomberg melaporkan OPEC Plus sedang mempertimbangkan pemotongan 2 juta bph.

"Kami memperkirakan pemotongan substansial akan dilakukan, yang tidak hanya akan membantu memperketat fundamental fisik tetapi mengirimkan sinyal penting ke pasar," kata Fitch Solutions.

Menteri Energi Kuwait mengatakan OPEC Plus akan membuat keputusan yang tepat guna menjamin pasokan energi dan untuk melayani kepentingan produsen dan konsumen.

Baca Juga: Stok Menipis, Harga Minyak Dunia Bergejolak Lagi

OPEC Plus meningkatkan output tahun ini setelah pemotongan rekor yang diterapkan pada 2020 ketika pandemi memangkas permintaan.

Dalam beberapa bulan terakhir, kelompok tersebut gagal memenuhi peningkatan output yang direncanakan, kekurangan 3,6 juta bph pada Agustus.

Juga mendorong harga minyak, Indeks Dolar AS (Indeks DXY) menuju kerugian harian kelima terhadap sekeranjang mata uang karena investor berspekulasi bahwa Federal Reserve mungkin memperlambat laju kenaikan suku bunga.

"Tak ada keraguan bahwa ada dukungan mendasarinya dari dolar yang lemah dan potensi poros Fed," kata Bob Yawger, Direktur Mizuho di New York.

Potensi The Fed mengurangi kenaikan suku bunganya akan meredakan beberapa kekhawatiran resesi ekonomi AS yang dapat mengurangi permintaan minyak mentah.

Sementara itu, seorang pejabat senior Departemen Keuangan Amerika mengatakan sanksi G7 terhadap Rusia akan dilaksanakan dalam tiga fase, pertama menargetkan minyak Rusia, kemudian solar dan kemudian produk bernilai lebih rendah seperti naphtha.

Sanksi dari G7 dan Uni Eropa, yang memilih larangan dua fase, akan dimulai pada 5 Desember.

Sementara itu Bank asal Swiss, UBS, mengatakan pihaknya melihat beberapa faktor yang dapat mengirim harga minyak mentah lebih tinggi menjelang akhir tahun.

Dalam ajang Argus European Crude Conference di Jenewa, Selasa, trader minyak juga mengatakan hambatan ekonomi belum menyebabkan erosi permintaan minyak global yang signifikan.

Stok minyak mentah dan bahan bakar AS turun sekitar 1,8 juta barel untuk pekan yang berakhir hingga 30 September, menurut narasumber mengutip data American Petroleum Institute.

Persediaan bensin melorot sekitar 3,5 juta barel, sementara stok produk sulingan menyusut sekitar 4 juta barel, menurut sumber. Data inventaris resmi akan dirilis Rabu ini.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI