Suara.com - Harga emas naik ke posisi tertinggi satu minggu pada perdagangan akhir pekan lalu karena dolar AS mundur dari level tertinggi.
Tetapi emas menuju kuartal terburuk sejak Maret tahun lalu, karena kekhawatiran kenaikan suku bunga besar yang dilakukan Federal Reserve AS.
Mengutip CNBC, Senin (3/10/2022), harga emas di pasar spot naik 0,06 persen menjadi USD1,661,79 per ounce dan telah naik 1,4 persen sejauh minggu ini.
Sementara emas berjangka AS naik 0,05 persen menjadi USD1,669,10.
Baca Juga: Reli Dolar AS Terhenti, Harga Emas Berkilau Lagi
"Pasar emas berada di area di mana kita dapat melihat beberapa pergerakan lebih tinggi tetapi itu semua tergantung pada apa yang dilakukan dolar dan nilai tukar hingga akhir pekan," kata Daniel Pavilonis, ahli strategi pasar senior di RJO Futures.
Emas turun 7,7 persen secara kuartalan sejauh ini. Ini juga akan menjadi penurunan bulanan keenam berturut-turut, penurunan bulanan terpanjang dalam empat tahun.
Emas menunjukkan reaksi diam setelah Presiden Rusia Vladimir Putin menandatangani perjanjian untuk mencaplok empat wilayah Ukraina yang sebagian diduduki oleh pasukannya.
"Kami benar-benar menghadapi lingkungan inflasi tinggi, yang pada akhirnya menjadi alasan mengapa The Fed harus begitu agresif. Kekuatan makro ini benar-benar melemahkan selera investasi dari emas sehingga investor tidak melihat logam sebagai lindung nilai safe haven yang tepat," kata Daniel Ghali, ahli strategi komoditas di TD Securities.
Kenaikan suku bunga meredupkan daya tarik bullion karena meningkatkan biaya peluang memegang aset yang tidak memberikan imbal hasil.
Baca Juga: Kilau Emas Makin Pudar Kini Ambles 1,2 Persen
Sementara harga perak naik 0,92 persen menjadi USD18,98 per ounce, dan platinum turun 0,71 persen menjadi USD858,75.
Sedangkan palladium anjlok 1,51 persen menjadi USD2.167,59 per ounce.