Suara.com - Pertumbuhan ekonomi Indonesia terus menunjukkan tren bagus usai dihantam pandemi COVID-19. Presiden Joko Widodo alias Jokowi memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal ketiga tahun 2022 berada di kisaran 5,4 sampai 6 persen, di atas angka kuartal II yang sebesar 5,44 persen.
"Perkiraan saya ekonomi akan tumbuh di kuartal ketiga ini 5,4 sampai 6 persen, mestinya saya ini pegang angka. Saya bertanya ke menteri, saya cek ke lapangan juga, menurut saya akan tumbuh di atas yang kuartal kedua," kata Jokowi.
Dikatakan Jokowi, dirinya begitu optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia terus positif karena didukung beberapa indikator, yakni kepercayaan konsumen yang meningkat ke angka 124,7 dibandingkan 123 pada Juli 2022.
Bahkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini adalah yang tertinggi bila dibandingkan dengan negara-negara anggota forum G20. Pertumbuhan ekonomi di kuartal II menyentuh 5,44 persen. Artinya, ini mengindikasikan pemulihan ekonomi di tanah air terus berjalan.
Baca Juga: Pelaku Parekraf Bali Diajak Optimalkan Peluang dalam G20
"Jadi kalau saya disuruh memperkirakan kuartal II bisa tumbuh 5,44 persen (year on year/yoy), coba dicari negara G20 yang tumbuh di atas lima persen. Kita ini tertinggi loh di G20," ujarnya.
Dengan pencapaian itu, Presiden mengajak seluruh pihak optimistis untuk melanjutkan tren pemulihan ekonomi Indonesia. Lanjut Mantan Gubernur DKI Jakarta ini, Indonesia menghadapi tantangan global yang tidak mudah, namun selalu mendapat jalan untuk mengatasi setiap masalah.
"Yang kita hadapi bukan barang gampang, bukan mudah, tapi harus tetap optimis," ucapnya.
Dijelaskan Jokowi, kondisi ekonomi global saat ini sedang sulit, dan bahkan negara-negara maju juga mengalami gejolak ekonomi yang cukup besar, dari masalah ketahanan pangan, krisis energi hingga pada gejolak finansial.
Namun, Indonesia tetap mampu melewati ancaman tersebut dan mampu menjaga pemulihan ekonomi yang sedang berjalan. Dengan kondisi ini, Jokowi yakin betul ekonomi Indonesia akan terus kuat ke depan.
Baca Juga: 4 Hal Unik Selama Gelaran Acara Menyambut KTT G20 yang Diselenggarakan Kemenparekraf di Bali
Beberapa indikator pemulihan ekonomi Indonesia, kata Jokowi antara lain, pendapatan negara yang telah tumbuh 49 persen atau Rp 1.764 triliun, diantaranya adalah penerimaan pajak hingga Rp1.171 triliun atau bertumbuh 58 persen.
"Penerimaan bea dan cukai Rp206 triliun atau tumbuh 30,5 persen, tumbuhnya sangat melompat. Kemudian realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp386 triliun atau tumbuh 38,9 persen," paparnya.
Selain itu, optimisme konsumen juga masih tinggi karena Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) tercatat di 124,7. Kredit perbankan juga telah tumbuh hingga 10,7 persen. Di sisi lain, neraca perdagangan Indonesia mencetak surplus dalam 28 bulan berturut-turut yakni sebesar 5,7 miliar dolar AS.
"Ini gede banget loh angka ini surplus-nya. PMI (Prompt Manufacturing Index) manufaktur kita angkanya 51,7 di atas global," jelasnya.