Suara.com - Harga minyak dunia melemah pada perdagangan hari Kamis, karena para trader mempertimbangkan prospek ekonomi yang memburuk terhadap potensi pengurangan produksi OPEC Plus pekan depan.
Mengutip CNBC, Jumat (30/9/2022) minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup turun 83 sen menjadi USD88,49 per barel, setelah melejit setingginya USD90,12.
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate untuk kontrak pengiriman November menetap 92 sen lebih rendah menjadi USD81,23 per barel.
Anggota Organisasi Negara Eksportir Minyak dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC Plus, memulai diskusi tentang pengurangan produksi minyak pada pertemuan berikutnya, 5 Oktober.
Baca Juga: Stok Menipis, Harga Minyak Dunia Bergejolak Lagi
"Saat ini, pasar minyak tertatih-tatih antara kehancuran permintaan yang diinduksi Fed dan pasokan minyak yang ketat," kata Ryan Dusek, Direktur Opportunne LLP.
Pasar saham Wall Street tumbang di tengah kekhawatiran bahwa perjuangan agresif Federal Reserve melawan inflasi dapat melumpuhkan ekonomi Amerika, dan karena investor khawatir tentang gejolak di mata uang global dan pasar utang global.
"Di tengah begitu banyak ketidakpastian, perdagangan yang naik-turun tajam mungkin biasa terjadi selama minggu depan, kecuali kita mendapatkan kejelasan lebih lanjut dari sumber OPEC Plus tentang kemungkinan ukuran penyesuaian dan apa artinya kuota yang terlewatkan sebelumnya," kata Craig Erlam, analis OANDA.
Pasar juga melemah karena ancaman Badai Ian mereda dengan produksi minyak Amerika diperkirakan kembali dalam beberapa hari mendatang setelah sekitar 158.000 bph di Teluk Meksiko terhenti, Rabu, menurut data federal.
Di China, importir minyak mentah terbesar di dunia, perjalanan selama liburan nasional selama seminggu yang akan datang akan mencapai level terendah dalam beberapa tahun karena aturan nol-Covid Beijing membuat orang tetap di rumah, sementara gejolak ekonomi membatasi pengeluaran konsumen.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Terus Turun, BBM Kenapa Mahal?
Patokan minyak mentah tetap pada kecepatan untuk mencatat kenaikan mingguan setelah penurunan beruntun empat pekan. Awal pekan ini patokan minyak tersebut rebound dari posisi terendah sembilan bulan, didukung penurunan Indeks Dolar AS (Indeks DXY) dan penarikan persediaan bahan bakar Amerika yang lebih besar dari perkiraan.
Indeks DXY turun lagi pada sesi Kamis, melorot dari level tertinggi 20 tahun, menunjukkan bangkitnya selera risiko dari investor.
Dukungan lebih lanjut untuk harga minyak bisa datang dari Amerika Serikat yang mengumumkan sanksi baru terhadap perusahaan yang memfasilitasi penjualan minyak Iran.