Suara.com - Nilai tukar (kurs) rupiah pada Kamis pagi menguat 35 poin atau 0,23 persen ke posisi Rp15.232 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.267 per dolar AS.
Hal ini tidak lepas dari aksi beli obligasi pemerintah yang dilakukan bank sentral Inggris Bank of England (BoE). Kabar positif ini jadi pelepas dahaga setelah dua pekan belakangan rupiah terus tertekan.
Langkah dari Bank sentral inggris juga berdampak pada penguatan IHSG hari ini. IHSG dibuka menguat 19,52 poin atau 0,28 persen ke posisi 7.096,55. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 naik 3,85 poin atau 0,38 persen ke posisi 1.017,35.
"Untuk hari ini IHSG berpeluang untuk mendapatkan sentimen positif. Dari perspektif global, penguatan US dollar mulai berbalik melemah setelah bank sentral Inggris mengumumkan pembelian government bond sehingga pasar keuangan global lebih stabil," tulis Tim Riset Surya Fajar Sekuritas.
Baca Juga: Alasan Pandemi Covid-19, Target Anies Bangun Rumah DP 0 Rupiah Turun Jadi 9.081 Unit
Selain faktor di atas, pelemahan dolar AS yang tengah terjadi juga turut 'membantu' rupiah lepas dari tekanan.
"Semalam dolar AS terlihat melemah terhadap major currency karena data perumahannya (pending home sales) bulan Agustus, mengalami penurunan 2 persen sehingga pasar berekspektasi ekonomi AS mulai melemah," kata Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra.
Mengutip investing.com, laporan penjualan rumah tertunda atau pending home sales yang dirilis The National Association of Realtors (NAR) mengukur perubahan jumlah rumah yang telah memiliki kontrak jual namun masih menunggu finalisasi transaksi, tidak termasuk pembangunan baru.
Data yang lebih tinggi dari ekspektasi dapat dianggap sebagai positif atau optimis untuk dolar AS, sedangkan data lebih rendah dari ekspektasi dapat dianggap sebagai negatif atau pesimis untuk dolar AS.
"Meskipun rupiah terlihat menguat pagi ini, tapi efek dari ekspektasi kenaikan suku bunga acuan AS masih berpotensi menekan rupiah lagi ke depannya," sambung Ariston.
Baca Juga: Rizal Ramli: UMR Hanya Naik 1,09 Persen, Inflasi Makanan Sudah 11,5 Persen
The Fed yang terus mengupayakan kendali terhadap inflasi kini bertindak semakin agresif dengan memberi sinyal kenaikan suku bunga lebih lanjut.
Pesan itu diperkuat semalam oleh Presiden The Fed Chicago Charles Evans, Presiden The Fed St Louis James Bullard dan Presiden Bank Federal Reserve Minneapolis Neel Kashkari, dengan Evans mengatakan bahwa bank sentral perlu menaikkan suku bunga ke kisaran antara 4,5 persen dan 4,75 persen .