KPR Naik, Bisnis Properti Diperkirakan Melambat Akibat Kenaikan Suku Bunga BI

M Nurhadi Suara.Com
Minggu, 25 September 2022 | 11:58 WIB
KPR Naik, Bisnis Properti Diperkirakan Melambat Akibat Kenaikan Suku Bunga BI
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pasca penurunan tren kasus COVID-19, ekonomi mulai bergerak, tidak terkecuali sektor properti yang mengalami pertumbuhan yang cukup pesat.

Hal ini ditunjukkan pula oleh data Bank Indonesia yang menyebut kredit sektor properti pada Januari 2022 tumbuh 5,4%, meningkat jika dibandingkan pada Desember 2021 yang hanya 4,8%.

Jumlah KPA/KPR dan kredit real estate yang disalurkan pada Januari 2022 pun mencapai nilai sebesar Rp573,7 triliun.

Meski begitu, tren positif itu kini diperkirakan kembali melambat akibat kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia yang dikhawatirkan membuat pasar tidak stabil sebab adanya ancaman inflasi.

Baca Juga: Bursa Saham Ditutup Melemah, Bagaimana Potensi Pasar Minggu Depan?

Sebagaimana diwartakan sebelumnya, BI resmi menaikkan suku bunga acuan BI 7 days report rate sebesar 50 basis poin menjadi 4,25%. Hal ini dilakukan agar inflasi terkendali.

Hal ini diprediksi memberi dampak cukup besar terhadap bank yang mungkin memilih untuk menaikkan kredit pinjaman termasuk KPA/KPR .

"Pasar menengah-bawah pastinya akan sangat terpengaruh dengan naiknya cicilan rumah mereka. Kenaikan cicilan dapat mencapai Rp150.000-Rp300.000 per bulan yang akan menggerus daya beli mereka," tutur Ali Tranghanda selaku CEO Indonesia Property Watch, dikutip via Warta Ekonomi pada Sabtu (24/9/2022).

Menurut dia, kenaikan suku bunga KPR/KPA akan memengaruhi tingkat permintaan pasar properti dan menurunkan tren pembelian. Kenaikan inflasi juga memengaruhi daya beli masyarakat.

"Dengan kenaikan bunga acuan ini diperkirakan suku bunga KPR akan naik 1-2%, namun perkiraan saya masih 1 digit namun itu akan tetap berdampak," kata dia.

Baca Juga: Dua Dampak Keputusan BI Naikkan Suku Bungayang Perlu Dimitigasi

Diperkirakan, tiap kenaikan 1% akan menyebabkan penurunan permintaan pembelian melalui KPR 4-5% sehingga kemungkinan pasar akan menurun sampai 10%. 

Namun demikian, ada banyak faktor lain yang perlu diperhatikan, salah satunya peningkatan sektor pertambangan yang akan diuntungkan dari situasi ini karena bahan komoditas masih akan tinggi.

Berkat suku bunga yang naik, pengembang mungkin juga justru melirik pasar properti sembari menunggu situasi kembali stabil.

Para pengembang, kata dia, disarankan untuk melakukan efisiensi penggunaan bahan bangunan. Sembari mencoba merambah strategi bisnis baru.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI