Suara.com - Harga minyak dunia anjlok lagi sekitar 1 persen ke level terendah hampir dua minggu dalam perdagangan hari Rabu, setelah Federal Reserve mengumumkan kenaikan suku bunga yang besar untuk meredakan tekanan inflasi.
Mengutip CNBC, Kamis (22/9/2022) minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup melemah 79 sen, atau 0,9 persen menjadi USD89,83 per barel, setelmen terendah sejak 8 September.
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), melorot USD1,00, atau 1,2 persen menjadi USD82,94 per barel, penutupan terendah sejak 7 September.
Di awal sesi, minyak melambung lebih dari USD2 per barel di tengah kekhawatiran tentang mobilisasi pasukan Rusia sebelum jatuh lebih dari USD1 karena dolar AS menguat dan permintaan bensin Amerika yang lebih rendah.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Anjlok Lagi, Makin Murah ke Level USD 83/Barel
The Fed menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin untuk ketiga kalinya ke kisaran 3,00-3,25 persen, dan mengisyaratkan peningkatan lebih besar di masa mendatang. Aset berisiko seperti saham dan minyak jatuh karena berita tersebut, sementara dolar menguat.
Permintaan bensin Amerika selama empat pekan terakhir turun menjadi 8,5 juta barel per hari (bph), terendah sejak Februari, menurut Badan Informasi Energi (EIA) AS.
"Poin data yang menonjol adalah melemahnya permintaan bensin yang berkelanjutan. Ini benar-benar yang menghantui pasar," kata John Kilduff, mitra di Again Capital LLC, New York.
EIA melaporkan kenaikan 1,1 juta barel dalam stok minyak mentah pekan lalu.
Sementara itu Presiden Rusia Vladimir Putin memanggil 300.000 tentara cadangan guna berperang di Ukraina, dan mendukung rencana untuk mencaplok bagian-bagian negara itu, mengisyaratkan bahwa dia siap untuk menggunakan senjata nuklir.
Baca Juga: Wall Street Ditutup Menguat, Investor Pantau Putusan Kenaikan Suku Bunga The Fed
Presiden AS Joe Biden menuduh Rusia membuat ancaman "sembrono" dan "tidak bertanggung jawab" untuk menggunakan senjata nuklir.
Harga minyak melonjak ke level tertinggi multi-tahun pada Maret setelah perang Ukraina pecah. Sanksi Uni Eropa yang melarang impor minyak mentah Rusia melalui laut akan mulai berlaku pada 5 Desember.
"Sebagian besar penurunan hari ini muncul terkait dengan penguatan dolar AS dan kami masih memandang arah dolar AS jangka pendek sebagai komponen penting dalam menilai arah harga minyak jangka pendek," kata analis Ritterbusch and Associates.
Indeks Dolar (Indeks DXY) berada di jalur untuk penutupan tertinggi dalam lebih dari 20 tahun terhadap sekeranjang rivalnya, membuat minyak lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lainnya.
Sedangkan tanda-tanda pemulihan permintaan China memberi dorongan pada harga di awal sesi.