Suara.com - Untuk yang ke-6 kalinya, Indonesia Brand Forum (IBF) digelar. Kali ini, untuk penyelenggaraan IBF 2022, topik yang diangkat adalah “Brand Collab Champion – Winning Thru Coopetition Not Competition”.
Topik kolaborasi diangkat karena dari hari ke hari, tampak dunia bisnis makin mengarah pada penguatan ekosistem di setiap industri.
“Dalam kondisi seperti ini, dan terutama paskapandemi, strategi yang ampuh untuk memenangkan pasar bukan lagi berkompetisi, melainkan koopetisi, alias berkolaborasi. Ini adalah jantungnya keunggulan bisnis. Sebab, dengan kolaborasi, masing-masing pihak, baik brand maupun korporat dapat saling bahu-membahu mengintegrasikan ekosistem fisik maupun digital. Kolaborasi akan menghasilkan win-win solution bagi semua pihak,” ujar Yuswohady, Founding Chairman IBF.
Kolaborasi ini kian penting, Yuswohady menambahkan, karena dari hari ke hari, masyarakat dan dunia bisnis menghadapi situasi mutakhir yang semakin tinggi tingkat ketidakpastiannya (uncertainty).
Baca Juga: 13 Brand Raih Penghargaan Indonesia Brand Forum 2022
Dia lalu merujuk fakta bahwa setelah dilanda aneka disrupsi (digital, milenial), datangnya pandemi, lalu meletusnya perang Rusia-Ukraina, kini masyarakat dan dunia bisnis menghadapi beragam tantangan baru yang tidak mudah: mulai dari beban kenaikan harga BBM, ancaman stagflasi (inflasi tinggi yang diikuti stagnannya pertumbuhan ekonomi), gangguan distribusi global (supply-chain bottleneck), dan hingga ketidakmenentuan kebijakan pemerintah.
“Disrupsi semacam itu membuat kita semua, anggota masyarakat dan dunia bisnis menghadapi dampak ekonomi dan psikologis yang tidak ringan. Situasi ketidakpastian yang makin tinggi ini menuntut kita bersikap cerdas dan cermat. Khusus para pelaku bisnis, inilah saatnya menyatukan kekuatan satu sama lain, bergandengan tangan bersama, alih-alih bersaing habis-habisan. Istilah saya, ke depannya kita harus berkolaborasi, karena ‘Kalau Nggak Kolab, Bakal Kolaps’. Jangan sendirian menghadapi tantangan ini, apalagi berkompetisi tak keruan, berperang tanpa arah. Dengan kolaborasi, tercipta situasi win-win. Ini sebuah advantage. Sebaliknya, tanpa kolaborasi, kita menghabiskan banyak energi dan sumber daya, tapi tak menciptakan situasi yang saling menguntungkan. Sebuah disadvantage,” ujar Yuswohady.
Adapun untuk melakukan kolaborasi, atau saling menyatukan kekuatan, Yuswohady menegaskan perusahaan bisa menempuh dengan tiga strategi. Pertama, leverage brand audience. Kedua, sinergize brand asset. Ketiga, align brand identity.
Dalam leverage brand audience, kolaborasi dilakukan untuk memperluas pasar dan target audience.
“Ketika dua merek berkolaborasi maka masing-masing pasarnya disatukan sehingga kolamnya membesar,” ujarnya.
Baca Juga: UMKM yang Mau Mejeng di Sarinah Harus Lewati Proses Ketat
Kedua, sinergize brand asset. Melalui kolaborasi, merek juga bisa menyinergikan aset yang dimiliki masing-masing pihak yang berkolaborasi sehingga menghasilkan kekuatan gabungan yang jauh lebih besar. Rumusnya bukan sekedar: 1 + 1 = 2; tapi 1 + 1 > 2.
Ketiga, align brand identity. Kolaborasi yang impactful harus menyelaraskan identitas dari masing-masing merek sehingga tercipta chemistry yang serasi. Keselarasan adalah prasarat terpenting terciptanya Brand Collab Advantage. Keselarasan adalah prasarat kelestarian kolaborasi.
“Tiga strategi inilah yang ingin saya tegaskan hari ini dalam IBF Conference 2022. Tiga strategi itu pula yang dikupas oleh para pembicara,” dia menegaskan.
IBF 2022 sendiri diselenggarakan dalam format hybrid (Online dan Offline) terdiri dari empat mata acara utama. Pertama, IBF Conference 2022. Digelar selama 19-20 September 2022, konferensi ini menghadirkan 14 pembicara ternama dan representatif yang mewakili brand-brand papan atas nasional untuk menjelaskan apa, mengapa, dan bagaimana praktik kolaborasi yang mereka lakukan.
Kedua, IBF Awarding 2022. Untuk pertama kalinya, IBF akan memberikan penghargaan kepada Top Brand Collaboration yang telah diseleksi dan melalui pemilihan juri secara ketat sebagai The Best Brand Collab Champion 2022 di Indonesia.
Diketuai Dr. Ir. Arief Yahya, M.Sc. (Menteri Pariwisata Indonesia 2014-2019), Dewan Juri menyeleksi 30 brand collaborations paling berhasil, setelah dilakukan kurasi atas 100 lebih brand collaborations di Tanah Air. Hasilnya adalah 8 pemenang IBF Awarding 2022 dan 5 pemenang IBF Special Award 2022.
Selanjutnya, mata acara Ketiga adalah IBF Book Launch 2022. Pada hari terakhir acara Conference akan dirilis buku yang berisi strategi serta best practices sejumlah kolaborasi di Indonesia yang telah dikurasi dan memenuhi syarat sukses kolaborasi antar-brand.
“Ini adalah buku pertama di Indonesia yang komprehensif membahas kolaborasi yang dilakukan brand untuk memenangkan pasar,” ungkap Yuswohady.
Selain case study para pemenang IBF Awarding 2022, dalam buku ini juga dipaparkan sejumlah kolaborasi lain seperti Aerostreet yang berkolaborasi dengan banyak merek, Sasa x Dear Me Beauty, dan banyak lagi.
“Total ada 30 kolaborasi yang dikupas dalam buku,” Yuswohady mengimbuhi.
Sebagai acara keempat yang tak kalah prestisiusnya dan menjadi ciri ajang IBF adalah Penganugerahan IBF Lifetime Achievement 2022 yang kali ini diberikan kepada Irwan Hidayat, Direktur PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul, Tbk. Dasar pertimbangannya adalah: dalam 3-4 dekade terakhir, Irwan Hidayat telah menjadi sosok yang lekat dengan brand building yang mengangkat merek-merek lokal – dalam hal ini terutama produk-produk jamu Sido Muncul seperti Tolak Angin, Kuku Bima, STMJ – ke panggung terhormat, menjadi merek pilihan di dunia bisnis, yang bukan hanya diterima konsumen nasional, tapi juga diekspor ke mancanegara.
“Kemampuan beliau untuk memanfaatkan momentum dalam mem-branding-kan produk-produk Sido Muncul sehingga memiliki brand equity yang kuat di pasar, merupakan sesuatu yang patut mendapat apresiasi. Terlebih, hal tersebut dilakukan secara konsisten dan dikomunikasikan secara kreatif,” Yuswohady menjelaskan.
Pada akhirnya, lewat rangkaian acara ini, Yuswohady berharap brand-brand Indonesia bisa terus menampilkan kinerja yang baik sehingga mampu tumbuh berkesinambungan. Bahkan tidak hanya bisa berjaya di pasar lokal, melainkan juga di pasar global.