Suara.com - Pendidikan anak adalah salah satu hal yang menjadi fokus setiap orang tua. Dan untuk memastikan sang anak mendapat pendidikan yang baik, orang tua pun berupaya menyiapkan sejumlah anggaran sejak jauh-jauh hari untuk biaya sekolah buah hati. Salah satunya lewat asuransi pendidikan.
Namun, perencana keuangan ternyata tidak menyarankan asuransi pendidikan untuk mempersiapkan biaya sekolah anak.
Annissa Sagita, konsultan yang sudah mendapatkan sertifikasi Certified Personal Money Manager (CPMM) di IARFC Indonesia, mengungkapkan alasan mengapa ia tak menyarankan asuransi pendidikan.
“Asuransi pendidikan kurang disarankan karena sering terjadi ketidakcocokan dana yang tersedia dengan target dana atau biaya masuk sekolah sehingga nasabah harus nombok,” ujar Annissa dalam sesi kulwap beberapa waktu lalu.
Annissa mengatakan, untuk menyiapkan dana pendidikan, investasi jangka panjang dengan produk yang lebih agresif seperti reksa dana campuran, reksa dana saham, dan saham akan jauh lebih baik.
Namun, ia tidak menyarankan investasi jangka pendek seperti deposito dan logam mulia yang tujuannya bukan 5 tahun ke atas.
Menurut Annissa, asuransi dan investasi adalah dua hal yang berbeda dan seharusnya memang tidak digabung.
"Jika digabungkan, hasilnya tidak maksimal dan nasabah akan bayar lebih mahal dibandingkan asuransi murni atau investasi murni,” pungkas Annissa.
Baca Juga: Curi Besi Demi Biaya Sekolah Anak, Dua Pria Mojokerto Dijebloskan ke Penjara