Suara.com - Harga minyak dunia bergerak lebih tinggi dalam sesi perdagangan yang volatilitas pada perdagangan hari Senin, karena kekhawatiran pasokan yang ketat.
Mengutip CNBC, Selasa (20/9/2022) minyak mentah berjangka Brent untuk kontrak pengiriman November, patokan internasional, ditutup naik 65 sen, atau 0,7 persen menjadi USD92 per barel.
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Oktober, meningkat 62 sen atau 0,7 persen menjadi USD85,73 per barel.
Organisasi Negara Eksportir Minyak dan sekutu yang dipimpin Rusia, dikenal sebagai OPEC Plus, gagal mencapai target produksi minyaknya sebesar 3,583 juta barel per hari pada Agustus, menurut dokumen internal. Pada Juli, OPEC Plus meleset dari targetnya sebesar 2,892 juta barel per hari.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Bersiap Hadapi Peningkatan Suku Bunga yang Tajam
"Survei produksi OPEC Plus yang sejauh ini di bawah kuota mereka untuk Agustus membuat pasar merasa bahwa mereka tidak dapat meningkatkan output mereka jika permintaan pasar melambat," kata Andrew Lipow, Presiden Lipow Oil Associates di Houston.
Bank sentral di seluruh dunia hampir dipastikan akan menaikkan suku bunga minggu ini untuk menjinakkan inflasi, dan ada beberapa risiko kenaikan 1 poin persentase penuh oleh Federal Reserve.
"Banyak trader sekali lagi bergerak ke sela-sela untuk menunggu pertemuan The Fed minggu ini," kata Dennis Kissler, Vice President BOK Financial.
Sementara itu hari libur nasional Inggris untuk pemakaman Ratu Elizabeth membatasi volume perdagangan selama jam-jam di London pada Senin.
Namun, minyak juga berada di bawah tekanan dari harapan meredanya krisis pasokan gas Eropa. Pembeli Jerman memesan kapasitas untuk menerima gas Rusia melalui pipa Nord Stream 1 yang ditutup, tetapi ini kemudian direvisi dan tidak ada gas yang mengalir.
Baca Juga: Sindir Rezim Jokowi, AHY: Harga Minyak Dunia Turun, Harga BBM Harusnya Juga Turun
Minyak mentah melonjak tahun ini, dengan Brent mendekati rekor tertinggi USD147 pada Maret setelah invasi Rusia ke Ukraina memperburuk kekhawatiran pasokan.
Ketakutan tentang pertumbuhan ekonomi dan permintaan yang lebih lemah mendorong kejatuhan harga.
Dolar AS bertahan di dekat level tertinggi dua dekade menjelang keputusan The Fed dan bank sentral lainnya minggu ini.
Sementara dolar yang lebih kuat membuat komoditas berdenominasi greenback lebih mahal bagi pemegang mata uang lain dan cenderung membebani minyak dan aset berisiko lainnya.
Pasar juga tertekan perkiraan permintaan yang lebih lemah, seperti prediksi pekan lalu oleh Badan Energi Internasional bahwa akan ada pertumbuhan permintaan nol pada kuartal keempat.
"Pasar masih memiliki katalis dimulainya sanksi Eropa terhadap minyak Rusia yang menggantung di atasnya. Karena pasokan terganggu pada awal Desember, pasar tidak mungkin melihat respons cepat dari produsen Amerika," kata analis ANZ.
Pelonggaran pembatasan Covid-19 di China, yang mengurangi prospek permintaan di konsumen energi terbesar kedua di dunia itu, juga dapat memberikan optimisme, kata para analis.