Strategi Mempersiapkan Dana Pensiun, Semakin Cepat Lebih Baik

Vania Rossa Suara.Com
Kamis, 15 September 2022 | 15:56 WIB
Strategi Mempersiapkan Dana Pensiun, Semakin Cepat Lebih Baik
Ilustrasi dana pensiun. (pixabay)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Dalam siklus kehidupan, akan tiba saatnya kita tidak lagi produktif sebagai seorang pekerja atau karyawan. Bahkan saat memasuki umur 55 tahun, kemungkinan para karyawan di Indonesia sudah tidak bekerja lagi karena banyak perusahaan yang mewajibkan karyawan dengan umur tersebut untuk pensiun.

Jadi, bagi orang-orang yang hanya mengandalkan gaji bulanan dari kantor, ada baiknya untuk mulai memikirkan strategi dalam mempersiapkan dana pensiun.

"Ultimate goal dari ngatur uang itu financial freedom, bisa bikin uang bekerja untuk kita. Oleh karena itu, kita membutuhkan passive income," kata Felicia Putri Tjiasaka, Co-Founder Ternak Uang.

Agar bisa memiliki passive income, Felicia menyarankan agar setiap orang perlu mengumpulkan aset yang kelak berguna saat memasuki usia senja.

Baca Juga: Di Australia Ada Dua Uang Pensiun yang Bisa Diterima oleh Warga

"Semakin kita cepat memulainya, semakin cepat juga kita bisa pensiun memikirkan uang. Menyiapkan dana pensiun sedari dini memperkecil risiko anak-anak menjadi sandwich generation yang harus menanggung biaya hidup kita di masa tua," imbuhnya.

Bagi Felicia, tujuan akhir dari pensiun itu adalah untuk membiayai kebutuhan kita setelah tidak bekerja lagi. Maka dari itu, perlu persiapan khusus untuk mengumpulkan dana pensiun.

"Caranya, punya uang yang cukup untuk diinvestasikan, yang penghasilannya bisa ditarik setiap bulan untuk memenuhi kebutuhan hidup setelah pensiun nanti," tambahnya.

Untuk diketahui, dasar utama untuk menghitung dana pensiun adalah biaya pengeluaran bulanan. Tapi mengingat kebutuhan, umur, dan kemampuan investasi setiap orang berbeda-beda, maka jumlah yang diperlukan juga berbeda.

Bagi karyawan yang masa pensiunnya masih di atas 10 tahun, Felicia menganjurkan untuk berinvestasi di produk yang potensi keuntungannya besar, lebih dari 12% setiap tahunnya. Tapi perlu diingat, semakin besar keuntungan yang dihasilkan, intaian risikonya juga lebih besar.

Baca Juga: Benarkah Menteri Korupsi Dapat Uang Pensiun dari Negara? Ini Penjelasannya

"Misalnya melalui reksadana indeks. Hal ini cocok bagi mereka yang tidak ingin pusing dan tidak punya banyak waktu luang untuk memilih satu per satu saham," terang Felicia dalam keterangan tertulisnya.

Menurut Felicia, reksadana indeks juga lebih simpel dan cocok bagi para investor pemula karena komposisinya sudah mengikuti benchmark, seperti IDX30 atau LQ45. Tentunya, hal ini berbeda dengan reksadana saham (RDS) yang masuk dalam kategori active investing, dimana manajer investasinya aktif menganalisa kinerja saham.

Karakter reksadana indeks itu cenderung tergolong dalam kategori passive investing karena sudah disesuaikan dengan indeks yang ada, sehingga manajer investasi tidak perlu repot lagi untuk menganalisa dan memilih aset investasi. Jadi secara otomatis, biaya operasional dan management fee-nya juga lebih rendah.

Selain reksadana indeks, Felicia juga menilai saham sebagai ladang yang tepat untuk memupuk dana pensiun. Meski begitu, ia mengingatkan bahwa risiko bermain saham juga besar.

"Tapi jangan sembarangan pilih saham karena ini untuk investasi seumur hidup, apalagi nilainya sangat fluktuatif," lanjut Felicia.

Lalu yang ketiga adalah dengan investasi di kripto, namun dengan beberapa catatan penting yang harus diperhatikan.

"Pilih aset kripto yang market cap-nya terbesar dan sudah melewati masa krisis dalam beberapa tahun terakhir ini," sambungnya.

Namun, apabila masa pensiun tiba dalam waktu dekat, diperlukan pendekatan berbeda. Usahakan untuk berinvestasi pada sektor yang minim risiko.

"Kalau pensiun dalam 2-3 tahun lagi, sebaiknya pindahkan uang yang tadinya ada di high risk ke aset dengan risiko lebih kecil dan bisa memberikan cash flow. Contohnya di reksadana pasar uang, reksadana pasar tetap, dan obligasi negara," tutup rekan Raymond Chin dan Timothy Ronald tersebut.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI