Harga BBM Mahal, Pemerintah Diminta Dorong Penggunaan Bahan Bakar Alternatif

Kamis, 08 September 2022 | 17:48 WIB
Harga BBM Mahal, Pemerintah Diminta Dorong Penggunaan Bahan Bakar Alternatif
Ilustrasi mobil berbahan bakar gas yang menjadi bahan bakar alternatif selain olahan minyak bumi. [shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) saat ini dinilai waktu yang tepat bagi pemerintah untuk memperbesar penggunaan energi non-BBM, salah satunya untuk sektor transportasi. Diharapkan, penggunaan energi non-BBM dapat menekan subsidi energi dan mengurangi impor BBM.

Sekretaris Jenderal Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Harya S Dillon mengatakan, saat ini sudah banyak negara yang memfokuskan penggunaan transportasi non BBM untuk menekan biaya sekaligus mengurangi emisi, salah satunya Prancis. Bahkan, negara tersebut menjadi negara pertama yang sampai melarang iklan BBM fosil.

Oleh karena itu, ia mendorong pemerintah berkomitmen untuk turut mengurangi penggunaan energi non-BBM.

"Harus dimulai dengan kemauan politik yang kuat, misalnya mendeklarasikan bahwa angkutan umum di Indonesia akan 100% menggunakan kendaraan non BMM pada tahun 2030. Kemarin Sekretariat Negara mengumumkan penggunaan kendaraan Non BBM untuk operasional di lima Istana Negara. Itu layak diapresiasi, namun dampaknya tidak akan signifikan kalau tidak diikuti dengan angkutan umum," ujarnya pada Kamis (8/9/2022).

Baca Juga: BBG Berpotensi Besar Jadi Sumber Energi Non-BBM, Dukung Sektor Transportasi Bebas Polusi

Sebagai tahap awal, transportasi umum bisa melakukan migrasi ke bahan bakar gas (BBG) berjenis Compressed Natural Gas (CNG).

Pasalnya, investasi penggunaan BBG untuk perusahaan transportasi umum masih lebih murah ketimbang menggunakan kendaraan energi non BBM lainnya yaitu kendaraan listrik. Hal itu dikarenakan investasinya hanya di conventer CNG.

Seperti yang dilakukan oleh PT Blue Bird Tbk. Perusahaan transportasi tersebut saat ini sudah memiliki armada berbasis BBG sejumlah 2.300 unit atau 22 persen dari seluruh armada. Jumlah itu rencananya akan terus ditambah hingga 5 ribu unit.

Wakil Direktur Utama Blue Bird, Adrianto Djokosoetono sebelumnya mengatakan, Blue Bird menggenjot penggunaan kendaraan BBG lantaran lebih murah dibandingkan dengan kendaraan listrik.

Untuk investasi pengadaan mobil listrik tersebut, biayanya empat kali lipat dari mobil konvensional. Itu sebabnya, armada listrik Blue Bird saat ini jumlahnya baru sekitar 60 unit.

Baca Juga: Kabar Baru Rencana Kenaikan BBM Bersubsidi Pertalite dan Solar, Potensi Penjualan Mobil Listrik di Indonesia

Dari penggunaan kendaraan non-BBM, Andre mengakui pihaknya dapat menekan biaya energi cukup besar.

"Melalui penerapan armada BBG, Blue Bird berhasil menekan beban energi hingga 40 persen," ujarnya kepada media belum lama ini.

Namun pada saat bersamaan, emisi yang dikeluarkan BBG juga lebih rendah dibandingkan BBM.

Harya mengatakan, untuk mendorong lebih banyak transportasi umum menggunakan BBG, pemerintah harus mulai menambah jaringan stasiun pengisian bahan bahar gas (SPBG) untuk memudahkan dalam pengisian dan memotivasi migrasi ke BBG.

"Kita lihat dari pengalaman TransJakarta. Banyak waktu kendaraan habis mengantri di SPBG sehingga kinerja operasional angkutan menjadi tidak optimal,” kata Adrianto.

Untuk menekan biaya energi, Harya juga menyarankan agar pemerintah memfokuskan sumber daya gas alam digunakan untuk kebutuhan industri dan sumber energi pembangkit listrik.

"Lalu listriknya dapat digunakan untuk kendaraan," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI