Suara.com - Harga emas dunia bangkit kembali pada perdagangan hari Rabu, karena terbantu dolar yang turun dari level tertinggi dua dekade. Meski demikian prospek harga emas masih dibayang-bayangi oleh kenaikan suku bunga yang agresif.
Mengutip CNBC, Kamis (8/9/2022) harga emas di pasar spot naik 0,9 persen menjadi USD1.716,59 per ounce. Sementara emas berjangka Amerika Serikat ditutup 0,9 persen lebih tinggi menjadi USD1.727,80.
Indeks Dolar (Indeks DXY) mencapai level tertinggi 20 tahun, membuat emas yang dihargakan dengan greenback kurang menarik bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain.
Tetapi sedikit kemunduran dolar di akhir sesi tampaknya menawarkan sedikit kelonggaran untuk emas.
David Meger, Direktur High Ridge Futures, mengaitkan pergerakan emas dengan kombinasi dari sedikit permintaan safe haven ldan pembelian saat terjadi penurunan.
Baca Juga: Kilau Emas Makin Pudar, Kini di Bawah Level Psikologis USD 1.700/Ounce
"Emas baru-baru ini bertindak sebagai aset berisiko ketimbang safe-haven. Pertanyaannya adalah kapan kita akan melihat emas mengambil lebih banyak peran safe-haven ketika kita mulai melihat ekonomi melambat karena kebijakan kenaikan suku bunga," kata David.
Harga emas jatuh lebih dari USD300 sejak melesat ke atas USD2.000 per ounce pada Maret.
Data yang dirilis Selasa menunjukkan industri jasa Amerika meningkat bulan lalu, memberikan amunisi kepada Federal Reserve untuk memberikan kenaikan suku bunga 75 basis poin lagi.
Suku bunga yang lebih tinggi meningkatkan opportunity cost memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil.
Sementara itu harga perak di pasar spot melonjak 1,9 persen menjadi USD18,40 per ounce. Platinum melejit 1,6 persen menjadi USD866,43 dan paladium melambung 1,9 persen menjadi USD2.044,09.
Baca Juga: Harga Emas Dunia Bertahan di Level Kunci USD1.700 per Ounce