Suara.com - Akademisi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia, Berly Martawardaya, menilai jika Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dalam kondisi tidak sehat karena telalu banyak digunakan untuk mensubsidi BBM.
Sehingga, dia menilai penyesuaian harga BBM berguna untuk menyeimbangkan fungsi utama APBN.
"Fungsi distribusi yang agak terganggu kemarin, jadi ada trade off antara stabilisasi dan distribusi karena yang diuntungkan adalah masyarakat menengah ke atas," ungkap Berly dalam keterangan persnya di Jakarta, Selasa (6/9/2022).
Berly menuturkan bahwa fungsi APBN terganggu karena banyaknya masyarakat kelas atas yang justru menikmati subsidi BBM. Berdasarkan data, BBM bersubsidi jenis Pertalite 80 persen dinikmati masyarakat mampu. Sementara, solar mencapai 95 persen.
Baca Juga: Buruh: Harga BBM Naik Bukti Pemerintah Tak Memikirkan Nasib Petani dan Nelayan
Terkait hal itu, Berly menilai pemerintah harus berupaya membuatnya seimbang kembali.
"Jadi tidak balance antara fungsi-fungsi ini. Sehingga (pemerintah) harus memilih, harus memprioritaskan bagaimana caranya mengalokasikan, itu fungsi ketiga APBN; harus dihitung yang dampaknya tinggi ke masyarakat," ujarnya.
Selain tidak tepat sasaran, lanjut Berly, subsidi BBM yang selama ini membebani APBN ternyata nilainya juga sudah tinggi. Bahkan, dia mencatat alokasi APBN untuk subsidi BBM bisa mendekati alokasi untuk sektor pendidikan.