Suara.com - Di tengah melonjaknya harga BBM bersubsidi di seantero tanah air per September 2022, nama perusahaan minyak Vivo viral. Profilnya ramai diperbincangkan setelah menjual BBM hanya seharga Rp8.900 per liter.
Harga ini jauh di bawah Pertamax yang kini menyentuh Rp10.000 per liter dari sebelumnya Rp7.650 per liter. Kemudian harga solar juga melonjak menjadi Rp6.800 dari sebelumnya Rp5.150.
Perusahaan minyak Vivo yang menaungi SPBU Vivo ini berada di bawah naungan PT Vivo Energy. Unit usahanya bergerak di bidang minyak dan gas serta terafiliasi dengan Vitol Group yang bermarkas di Swiss.
Perusahaan ini sebelumnya telah memiliki banyak stasiun pengisian bahan bakar di Singapura, Belanda, Australia, Inggris, dan beberapa negara Afrika. Di Indonesia, perwakilan Vitol berkantor di Gama Tower, kawasan Rasuna Said, Kuningan, dengan kilang dan tangki BBM di wilayah Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Baca Juga: Rupiah Diprediksi Tertekan Usai Harga BBM Naik
Menurut catatan, Vitol Group telah mencatatkan pendapatan USD 279 miliar pada Januari silam. Angka ini merupakan akumulasi dari jaringan perusahaan di seluruh dunia, termasuk dari Indonesia. Pembagian produk BBM adalah tiga jenis yakni Revvo 89, Revvo 92 dan Revvo 95. Bilangan di belakang merupakan tingkat RON dari masing-masing jenis BBM.
BBM paling murh adalah Revvo 89 yang dipatok Rp8.900 per liter. Padahal, jika dibandingkan dengan Pertalite BBM jenis ini hanya memiliki selisih satu RON. Pertalite sendiri memiliki RON 90.
Sementara BBM yang diperbolehkan beredar di Indonesia harus memiliki RON paling rendah 88 atau setara dengan RON solar. Jumlah RON yang makin tinggi berarti kualitas pembakaran pada mesin semakin baik.
Padahal, sebelumnya harga BBM jenis Revvo ini dipatok lebih tinggi dari harga saat ini. Bahkan lebih tinggi daripada Pertalite sebelum dinaikkan, yaitu Rp9.290 per liter, sedangkan harga BBM di Pertamina masih dibanderol Rp7.650 per liter. Namun, saat pemerintah meneken keputusan untuk menaikkan harga BBM, SPBU Vivo justru mengambil langkah sebaliknya, yaitu menurunkan harga.
Melihat pihak SPBU Vivo yang memasang harga lebih murah dibanding Pertamina, masyarakat pun berbondong-bondong membeli BBM di Vivo hingga rela mengantri panjang demi mendapatkan BBM dengan harga lebih murah.
Namun, di saat pelanggan membludak, tiba-tiba pihak SPBU Vivo meniadakan stok BBM jenis Revvo 89 yang memiliki harga Rp8.900 per liter tersebut di seluruh cabang SPBU-nya.
Polemik perbedaan harga BBM ini ternyata ditanggapi oleh Menteri ESDM Arifin Tasrif yang mengungkap bahwa pihaknya telah meminta seluruh penyedia atau pengelola SPBU non Pertamina untuk menyesuaikan harga dengan harga yang telah ditetapkan Pertamina demi menekan disparitas yang ada di masyarakat.
Kontributor : Nadia Lutfiana Mawarni