Suara.com - Di tengah isu kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) khususnya yang bersubsidi santer berhembus, pantauan sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar (SPBU) terpantau ramai dikunjungi sejumlah pemilik kendaraan yang ingin mengisi BBM.
Dari pantauan Suara.com di salah satu SPBU di bilangan Kuningan, Jakarta Selatan Kamis (1/9/2022), misalnya terlihat antrean cukup ramai, terutama untuk kendaraan roda empat.
Salah satu petugas SPBU yang tak mau disebutkan namanya tersebut mengatakan kondisi ini sudah terjadi hampir 1 minggu ke belakang, terutama ketika wacana kenaikan harga BBM mulai terdengar.
"Sudah 1 minggu ini memang kondisi ini seperti ini, kalau kami lihat banyak mobil yang isi Pertalite," ungkap dia kepada Suara.com.
Baca Juga: Cara Daftar BLT Subsidi BBM Rp 600 Ribu, Cek Syarat dan Jadwal Pencairan
Diakuinya, semenjak harga Pertamax naik menjadi Rp12.500 per liter dari sebelumnya Rp9.000 per liter membuat banyak konsumen beralih menggunakan bensin Pertalite yang harganya jauh lebih murah.

"Pertamax naik, jadi banyak yang isi Pertalite harga jauh lebih murah, kan engga naik dia," katanya.
Diketahui, saat ini harga jual Pertalite sebesar Rp7.650 per liter, kondisi yang menyebabkan banyak pemilik kendaraan baik roda dua maupun roda empat beralih ke bensin dengan Ron 90 ini.
Meski demikian kata dia, para pemilik kendaraan mewah tentunya akan diarahkan untuk mengisi BBM non subsidi yang telah ditentukan jalur khususnya.
"Kalau yang mobil mewah memang kita arahkan buat isi yang non subsidi, kita buat jalur khususnya, tapi ada juga yang tetap antri di jalur yang subsidi," ucap.
Baca Juga: Cara Menghemat Bensin Agar Tidak Boros, Termasuk Perhatikan Berat Badan Pengendara!
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati tampak geram melihat data bahwa hampir sekitar 80 persen anggaran subsidi Pertalite dinikmati orang berkocek tebal alias mampu.
"Dari subsidi Pertalite Rp93,5 triliun ini 80 persen dinikmati oleh rumah tangga yang relatif mampu bahkan sangat kaya," kata Sri Mulyani dalam konferensi persnya di Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat (26/8/2022).
80 persen tersebut lanjut Sri Mulyani setara dengan Rp60 triliun lebih, artinya anggaran subsidi Pertalite ini hampir seluruh dinikmati orang pemilik mobil. Sementara sisanya sebesar 20 persen hanya dikonsumi oleh pemilik motor.
Sementara untuk konsumsi Solar, penikmat subsidi ini lebih gila lagi, karena hampir 95 persen dinikmati orang kaya, sementara sisanya 5 persen baru orang miskin.
"Untuk masyarakat tidak mampu hanya mencapai 5 persen sementara 95 persen dinikmati oleh orang-orang mampu dari nilai subsidi mencapai Rp149 triliun," katanya.
Kondisi ini pun yang menjadi perhatian utama pemerintah karena harus bersiap menanggung tambahan anggaran subsidi dan kompensasi jika harga jual BBM dalam negeri tidak naik. Apalagi saat ini kuota penjualan Pertalite dan Solar makin menipis.
"Kita lihat harga jual Solar, harga jual ecerannya Rp5.150/liter kalau kita lihat kurs Rp14.70p dan ICP USD105 saat ini seharusnya harga solar itu Rp13.950/liter," papar Sri Mulyani.
Begitu juga dengan harga Pertalite , dimana saat ini harga jualnya hanya Rp7.650/liter yang seharusnya harga keekonomiannya mencapai Rp14.450 /liter. Artinya pemerintah memberikan subsidi kepada masyarakat mencapai Rp6.800/liter.
Sama halnya juga dengan Pertamax saat ini harga jualnya Rp12.500/liter, yang seharusnya harga keekonomiannya Rp17.300/liter. Sehingga pemerintah masih tetap memberikan subsidi sebesar Rp4.800/liter.
"Pertamax sekalipun yang dikonsumsi mobil-mobil bagus berarti yang pemiliknya juga mampu itu pun mereka masih mendapatkan subsidi setiap liternya Rp4.800," ucap Sri Mulyani.