Suara.com - Analis ekonomi Faris Abdurrachman menyampaikan besaran subsidi BBM berkorelasi dengan alokasi APBN untuk sektor pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur. Semakin tinggi subsidi BBM, maka alokasi APBN untuk sektor lain menurun.
"Tiap kali subsidi BBM diturunin, alokasi APBN untuk pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur selalu otomatis meningkat," kata Faris dikutip dari akun Twitter-nya, Rabu (31/8/2022).
Dalam data Kementerian Keuangan, Faris menunjukkan bahwa alokasi APBN untuk pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur meningkat setelah subsidi BBM menurun drastis pada tahun 2015.
Faris juga menyebut bahwan program-program pemerintah yang sampai sekarang masih bermanfaat bagi orang miskin, seperti BOS, Program Keluarga Harapan, PBI-BPJS, itu lahir dari kebijakan menurunkan subsidi BBM pada tahun 2005.
Baca Juga: Bagai Candu, Faisal Basri dan Fahmy Radhi Minta Subsidi BBM Dievaluasi
"Sayangnya Indonesia ga punya ruang fiskal yang banyak, rasio pajak kita susah banget naiknya. Artinya ketika mau nyiptain ruang fiskal yang berarti untuk pengeluaran lain, biasanya komponen subsidi BBM yang perlu dipotong," kata Faris.
Dalam unggahan yang berbeda, Faris mengingatkan konsumsi BBM sudah jauh melebihi produksi dalam negeri sehingga konsekuensinya beban subsidi akan semakin besar ke depannya jika tidak ada perubahan kebijakan.
Dia juga berkata bahwa BLT yang tepat sasaran lebih baik dibandingkan dengan subsidi BBM.
"BLT dengan targeting yang lebih baik dibanding subsidi BBM adalah solusi yang optimal. Cepat atau lambat subsidi memang harus diturunkan," kata Faris.