B20 Sebut Kualitas Tenaga Kerja Indonesia Belum Sesuai Dengan Kebutuhan Industri

Selasa, 30 Agustus 2022 | 19:14 WIB
B20 Sebut Kualitas Tenaga Kerja Indonesia Belum Sesuai Dengan Kebutuhan Industri
Chair of B20 Future of Work & Education Task Force (FOWE TF) Hamdhani Dzulkarnaen Salim. [Suara.com/Fadil]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kualitas tenaga kerja di Indonesia dianggap masih rendah, sehingga belum mampu merespons perkembangan kebutuhan industri. Hal itulah yang kemudian menyebabkan produktivitas dan daya saing Indonesia masih tertinggal dari negara lain.

Melihat kondisi tersebut, B20 Future of Work & Education Task Force (FOWE TF) yang merupakan bagian rangkaian kegiatan G20 Indonesia melalui Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia menggandeng enam perusahaan yakni, PT Astra Agro Lestari Tbk, PT Astra Daihatsu Motor, PT Astra International Tbk, PT Astra Otoparts Tbk, PT Bina Karya Prima dan PT United Tractors Tbk untuk menandatangani dokumen perjanjian kerja sama (MoU) serentak dengan puluhan institusi pendidikan.

Kerja sama tersebut dilakukan dalam rangka mendukung pendidikan vokasi dan program magang di industri dan dunia usaha dengan konsep link & match.

Chair of B20 FOWE TF Hamdhani Dzulkarnaen Salim, yang juga Direktur Astra dan Presiden Direktur Astra Otoparts, dalam sambutannya mengatakan, kemitraan dengan enam korporasi ini merupakan komitmen konkrit dari B20 FOWE TF yang merumuskan tiga rekomendasi kebijakan.

Baca Juga: Delegasi B20 Ajak Jepang Tingkatkan Investasi hingga Transisi Energi

Rekomendasi tersebut mencakup tiga prioritas utama yang meliputi penciptaan lapangan kerja, pendidikan yang berkualitas untuk masa depan dan keragaman dan inklusi.

"Artinya, pendidikan vokasi sangat strategis untuk memenuhi kebutuhan industri atau link & match," kata Hamdhani dalam keterangan persnya di Jakarta, Selasa (30/8/2022).

Selama ini, kata dia, dunia industri belum bisa merasakan manfaat maksimal dari lulusan vokasi karena keterampilan atau skill yang dimilikinya belum sesuai dengan kebutuhan industri.

“Hal itu bisa karena kurikulum yang ketinggalan zaman, peralatan bengkel atau lab yang minim, kualifikasi pengajar yang tidak kompeten dan banyak hal," paparnya.

Untuk itu, dirinya berharap kemitraan ini merupakan penyegaran dan revitalisasi dari pendidikan vokasi melalui program magang, pelatihan, bantuan alat dan revisi kurikulum agar mencapai kesinambungan dan relevan dengan kebutuhan dunia kerja di masa depan.

Baca Juga: Task Force Energy, Sustainability & Climate B20 Tegaskan Tiga Rekomendasi Dukung Net Zero Emisi Karbon

Sedangkan, Chair of B20 Indonesia Shinta Kamdani mengatakan seiring berjalannya waktu dan semakin maju teknologi, banyak keterampilan atau skil yang akhirnya usang dan tidak terpakai lagi.

Alhasil, banyak perusahaan yang kesulitan mencari tenaga kerja atau profesional yang memiliki keterampilan yang mumpuni, update dan sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri.

“Dengan munculnya internet ditambah kehadiran Pandemi Covid-19, dunia pada akhirnya berubah, tak terkecuali sektor ketenagakerjaan. Internet dan digitalisasi mengubah lanskap pekerjaan, ekonomi bisnis dan industri secara radikal," papar Shinta.

Untuk itu, kata Shinta mengadopsi, beradaptasi dan menguasai teknologi menjadi pondasi untuk kita bisa terlibat dalam pekerjaan-pekerjaan baru di masa depan.

Dalam kegiatan ini, enam korporasi tersebut menjalin MoU dengan 30 institusi pendidikan baik SMK maupun kampus dari berbagai kota di Indonesia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI