Suara.com - Bagi masyarakat jawa, kue putu yang berbahan dasar tepung beras dengan isian gula merah ditambah parutan kelapa bukan makanan asing. Jajanan tradisional ini menjadi camilan favorit, terlebih jika dimakan di saat hangat menemani ngeteh di sore hari.
Modal buka usaha kue putu juga tidak sulit. Bahan-bahan dasarnya bisa didapatkan di pasar tradisional, sementara keuntungannya berlipat ganda.
Suara kue putu ayu yang sedang dimasak dalam bambu sangat khas. Bahkan aromanya juga enak menggugah selera.
Bagi kamu yang ingin menjadikan putu ayu sebagai lini bisnis, persiapkan hal-hal berikut. Bisnis ini cukup menguntungkan, apalagi panganan tradisional ini terbukti menjadi favorit banyak orang.
Baca Juga: Segini Modal Buka Usaha Briket Arang, Bisnis Prospek Besar Tingkat Dunia
Untuk memulai bisnis kue putu, kamu perlu mempersiapkan peralatan. Beberapa barang yang wajib ada adalah gerobak, cetakan, dan sendok.
Jika model usahanya adalah mangkal sambil makan di tempat maka kebutuhan selanjutnya adalah meja, kursi, dan piring. Perlengkapan ini bisa didapatkan dengan modal kira-kira Rp2 juta. Perlengkapan juga bisa digunakan setidaknya selama lima tahun.
Modal selanjutnya adalah biaya variabel harian atau biaya bahan baku yang meliputi tepung beras, gula merah, dan air. Bahan lainnya adalah daun pandan, air dan garam. Kemudian plastik atau daun pisang untuk wadah, parutan kelapa, dan gas LPG. Bahan-bahan ini bisa didapatkan dengan harga sekitar Rp100.000 per harinya untuk sekitar 40 porsi.
Jika pedagang putu ayu bisa menjual satu porsi putu dengan harga Rp5.000 maka apabila terjual 4o porsi per hari akan ada Rp200.000 pendapatan dengan keuntungan Rp100.000. Itu artinya jika jualan secara konsisten keuntungannya bisa mencapai Rp3.000.000 dalam sebulan.
Tidak hanya di Jawa, di Makassar kue ini disebut sebagai putu cangkir. Seorang pedagang di ibu kota Sulawesi Selatan itu mampu meraup penghasilan jutaan rupiah dari berdagang putu.
Baca Juga: Cara Bikin Sabun Batangan, Bisa Dijual dan untuk Dipasok ke Hotel-hotel
Sebutlah Uni (48 tahun), yang membuka jualan putu cangkir di sebuah warung semipermanen di Jalan Cendrawasih, Kota Makassar. Sudah 12 tahun wanita paruh baya itu menjual putu cangkir atau dalam bahasa Makassar Putu Cangkiri'. Kue tradisional khas Bugis yang legendaris.
Setiap harinya, Uni berjualan putu cangkir mulai pukul 16.00 hingga 18.00 wita. Saat azan magrib berkumandang, dia pun beranjak pulang. Mengutip laporan Suara Sulsel, Uni bisa membuat sekitar seratus putu cangkir yang dipesan pelanggan sejak siang. Dalam sehari saja, ia kadang bisa mencetak 800 putu.
Kontributor : Nadia Lutfiana Mawarni