Suara.com - Anggota DPR RI Komisi IV dari Fraksi PKS Andi Akmal Pasluddin minta pemerintah tidak menaikkan harga BBM terutama jenis Solar Subsidi karena saat ini rakyat Indonesia belum pulih betul perekonomian rumah tangganya.
Reaksi ini muncul disebabkan pemerintah melalui Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif berencana untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jenis Pertalite dan Solar akibat kemampuan fiskal negara yang makin tak berdaya pada paruh kedua tahun 2022 ini.
“Kita semua sudah melihat fakta lapangan, bahwa hingga saat ini, semakin banyak nelayan yang tidak melaut, terutama nelayan kecil. Sejak awal Agustus, masa negara dan rakyatnya merayakan kemerdekaannya, namun belenggu ekonomi para nelayan tidak dapat melaut, yang ditunjukkan lebih dari 2 ribu kapal nelayan yang mangkrak akibat tingginya operasional BBM,” ucap Akmal dalam keterangan persnya di Jakarta, Minggu (28/8/2022).
Legislator asal Sulawesi Selatan II ini juga menyebut, inflasi di sektor makanan sudah melebihi batas wajar. Bahkan menurutnya, secara keseluruhan inflasi 2022 telah melebihi batas peringatan sekitar 3,3% yang mesti menjadi sorotan pemerintah agar portofolio eksekusi kebijakan yang menguras APBN mesti tepat sasaran.
Baca Juga: Subsidi BBM Perlu Dialihkan, Ketua Komisi VII DPR: Keuangan Negara Jebol
“Saat ini dengan kondisi BBM subsidi belum dinaikkan saja, rakyat sudah kesulitan. Ini banyak sekali faktor yang mempengaruhi, termasuk kondisi global akibat peperangan yang membuat iklim perdagangan serba tidak normal. Begitu juga kondisi pandemi yang menyisakan persoalan daya beli masyarakat secara keseluruhan. Jadi pemerintah mesti bijak untuk mengambil tindakan tepat pada persoalan kenaikan BBM bersubsidi. Ini efeknya berantai, terutama pada operasional distribusi termasuk bahan pangan”, kata Akmal mengingatkan.
Akmal mengaku, di daerah pemilihannya, hingga saat ini sudah ribuan para nelayan yang mengadu pada dirinya kesusahan yang dialami dengan naiknya harga solar subsidi. Begitu juga para petani yang mengoperasionalkan alat mesin pertaniannya mulai dari pengolahan tanah hingga pasca panen.
“Harga BBM yang sangat tinggi akan berdampak luas pada masyarakat terutama pada pemenuhan kebutuhan dasar mereka. Tingginya harga pangan, turunnya daya beli, Operasional logistik yang membengkak, termasuk arus pergerakan manusia maupun barang pada transportasi. Atas aspirasi mayoritas masyarakat Indonesia, kami menolak naiknya BBM bersubsidi, minimal ditunda hingga membaiknya kondisi perekonomian masyarakat Indonesia,” tutup Akmal.