Suara.com - Indonesian Petroleum Association (IPA) menilai gas bumi bisa jadi andalan ketahanan energi di tengah upaya transisi energi. Penggunaan gas bumi juga sebagai bentuk dukungan terhadap komitmen pemerintah untuk pengurangan emisi karbon.
Direktur Eksekutif Indonesian Petroleum Association (IPA) Marjolijn Wajong mengatakan, upaya menjaga ketahanan energi pada masa transisi seperti saat ini, menjadi hal yang patut diperhatikan oleh seluruh pemangku kepentingan. Hal itu mengingat masih belum optimalnya pemanfaatan energi baru terbarukan di Indonesia.
Oleh karena itu, gas bumi sebagai sumber energi berbasis fosil yang lebih bersih daripada batu bara dan minyak bumi, diharapkan dapat menjadi andalan dalam mendukung transisi energi yang ada.
"Sektor energi nasional pun kini harus menghadapi dua tantangan utama sekaligus, yaitu, peningkatan produksi guna memastikan ketahanan energi dan mengurangi beban impor, serta pencapaian target nett zero emission," kata Marjolijn di Jakarta, Kamis (25/8/2022).
Baca Juga: Gas Bumi Jembatan Transisi Energi: Perlu Kebijakan yang Mendukung Industri Hulu dan Hilir
Menurut Marjolijn, Indonesia memiliki potensi gas bumi yang sangat besar sehingga diyakini dapat mendukung proses transisi energi dengan tetap memenuhi kebutuhan energi nasional.
Namun, ada banyak pekerjaan rumah yang harus dibenahi terlebih dahulu agar potensi gas bumi yang ada tersebut dapat diproduksi dan dimanfaatkan secara maksimal.
"Selain itu, keberlanjutan proyek gas bumi juga perlu diperhatikan agar ketersediaan gas bumi yang menjadi sumber energi tidak terputus," katanya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro mengungkapkan, pemanfaatan gas bumi sebagai jembatan menuju transisi energi nasional bersifat sangat strategis.
Kondisi tersebut merujuk pada beberapa tahun terakhir dimana penemuan cadangan migas nasional didominasi oleh gas bumi.
Baca Juga: Begini Keunggulan Penggunaan Gas Bumi Dibanding LPG
Selain soal potensi tersebut, menurut dia, kebijakan yang diambil pemerintah untuk industri hulu harus dilihat secara lebih luas.
"Perlu diingat bahwa sektor hulu migas memiliki multiplier effect yang besar, sehingga nilai tambah yang ditimbulkan pun cukup besar dan signifikan bagi perekonomian nasional," katanya.
Namun, Komaidi menyayangkan, kebijakan di sektor ketenagalistrikan saat ini justru mengalami pergeseran dari pemanfaatan gas bumi sebagai sumber energi.
"Dalam roadmap transisi energi di sektor ketenagalistrikan yang terbaru, pemerintah cenderung lebih mengutamakan pemanfaatan EBT daripada gas bumi," jelas dia.
Padahal, dari aspek regulasi, menurut Komaidi, pemerintah telah mendorong pemanfaatan gas bumi untuk pembangkit listrik dengan menetapkan kebijakan harga gas bumi tertentu.
Untuk itu, dia mendorong pemerintah bersama pelaku industri hulu dan pelaku industri hilir untuk duduk bersama guna menentukan kebijakan yang tepat bagi seluruh pemangku kepentingan di sektor energi nasional.
"Dari target tersebut di atas, gas bumi menjadi sumber energi yang justru ditingkatkan target ketersediaannya dalam mendukung transisi energi," katanya.