Suara.com - Holding Perkebunan Nusantara atau PTPN III berencana membawa Subholding kelapa sawit melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2023. Subholding itu akan mengincar dana Rp5 triliun hingga Rp10 triliun.
Direktur Utama PTPN III Mohammad Abdul Ghani mengatakan, sebelum melenggang ke BEI, terlebih dahulu membereskan konsolidasi aset untuk pembentukan Subholding kelapa sawit yang diberi nama PalmCo.
"PalmCo-nya paling lambat akhir Oktober, berproses sudah, sudah cukup lama setahun yang lalu, tinggal tunggu PP-nya saja, sudah disusun antar kementerian lembaga. Hitung-hitungan saya Rp 5 triliun hingga Rp10 triliun. Itu diproyeksikan dari IPO itu," ujarnya di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta pada Senin (22/8/2022).
Ghani menuturkan, setelah terbentuk subholding, PalmCo akan memiliki luas lahan kelapa sawit pada tahap pertama sebesar 500.000 hektare. Selain itu, PalmCo juga akan lahan kelapa sawit milik PTPN lainnya.
Baca Juga: Holding Farmasi Ingin Caplok Pengelolaan Rumah Sakit Milik BUMN
"Nanti lainnya bertahap, kita akuisisi yang PTPN-PTPN, kan tadinya kita mau seluruh sawit kita gabungkan itu lama sekali, bayangkan 10 ptpn bagaimana itu segala aspek, konsolidasi," ucap dia.
Ghani menargetkan, PalmCo akan memiliki lahan kelapa sawit sebesar 700.000 hektare pada tahun 2030. Selain itu, PalmCo bisa memproduksi 1,8 juta ton olein per tahun dan 433.000 ton biodiesel per tahun.
Olein ini diharapkan akan memenuhi kurang lebih 30 persen dari konsumsi minyak goreng domestik.
"2030 itu kita targetnya 700 ribu, kenapa? Karetnya kami konversi? karena kita paling kuat di sawitnya, tetapi kan national interest. Jadi kelapa sawit berbisnis bukan hanya dari sisi korporasi tetapi nasional interest, kalau ada kepentingan nasional itu kita capai dulu," katanya.
Baca Juga: Bos Holding BUMN Perkebunan Ramalkan Harga Minyak Goreng Stabil pada Rp14.000 Hingga Akhir Tahun